WARTABANJAR.COM, JAKARTA – Senin 11 November 2019 menjadi momen bersejarah peresmian jembatan lengkung bentang panjang (longspan) Lintas Rel Terpadu (LRT) Jabodebek di ruas Kuningan, Jakarta. Karya yang sempat menyabet rekor dunia itu, ternyata salah desain.
Siapa yang mengungkap kasus salah desain pada proyek LRT Jabodebek itu? Dia adalah Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.
Menurut Kartika Wirjoatmodjo, dalam proyek mercusuar itu tidak integrator sistem sehingga kurang koordinasi antara pihak terkait sampai ada kesalahan desain.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Targetkan Kereta Cepat LRT Beroperasi Juli 2023
Salah satu kesalahan desain di rute LRT Jabodebek, yaitu jembatan lengkung bentang panjang (longspan) yang menghubungkan wilayah Gatot Soebroto dan Kuningan. Padahal longspan ini merupakan terpanjang di dunia dan mendapatkan penghargaan MURI.
Kartika Wirjoatmodjo yang buka-bukaan soal proyek LRT Jabodebek ini mengatakan, salah desain pada bagian jembatan rel lengkung hal ini membuat kecepatan kereta LRT Jabodebek melambat saat melewat tikungan tersebut.
“Karena apabila kecepatan LRT tidak melambat sebelum longspan maka berpotensi meningkatkan kecelakaan,” ungkap Kartika Wirjoatmodjo kepada media, Rabu (2/8/2023).
Tiko, sapaan akrab Kartika Wirjoatmodjo menyebut, kalau lihat longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan kan ada jembatan besar, itu sebenarnya salah desain, karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, tapi dia enggak ngetes sudut kemiringan keretanya.
Dikatakan Tiko, lantaran salah desain, tingkungan tersebut kurang lebar sehingga kecepatannya melambat. Dia bilang, jika tingkungan jembatan itu digarap melebar maka kereta LRT Jabodebek bisa tetap melaju dengan kencang.
“Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya itu lebih lebar tikungannya. Kalau tikungannya lebih lebar, dia bisa belok sambil speed up. Tapi karena tikungannya sekarang sudah terlanjur dibikin sempit, mau enggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km per jam, pelan banget,” papar Tiko.
Koordinasi berantakan
Selain menyoroti salah desain pada longspan, Tiko juga mempermasalahkan koordinasi semua pihak yang terlibat selama proses konstruksi.
Mantan Dirut Bank Mandiri itu menuturkan, pada dasarnya ada enam komponen dalam proyek LRT Jabodebek.
Di antaranya prasarana yang digarap oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk, kereta oleh PT INKA (Persero), software development oleh Siemens, hingga persinyalan oleh PT Len Industri (Persero).
Namun, dari banyaknya komponen yang terlibat dalam proyek, tapi tidak ada integrator atau penghubung di dalamnya. Alhasil, setiap komponen bekerja masing-masing tanpa sistem integrator.
Hal ini menyebabkan banyak terjadi kesalahan koordinasi, salah satunya mengenai desain longspan yang tidak sesuai.
“Di semua proyek besar itu ada sistem integrator, tapi ini enggak ada. Jadi semua komponen proyek itu berjalan liar tanpa ada integrator di tengah,” ucapnya.
Spesifikasi berbeda-beda
Kondisi itu membuat pula spesifikasi kereta LRT Jabodebek yang jumlahnya ada 31 rangkaian menjadi berbeda-beda. Ini membuat sistem perangkat lunak (software) harus diperbaiki dan membuat biayanya menjadi lebih tinggi.
Tiko menyebut, kesalahan kordinasi antara pihak yang menggarap proyek sering kali terjadi di Indonesia. Oleh sebab itu, ini menjadi tantangan yang harus diperbaiki ke depannya.
“Karena pra-sarananya waktu dibangun tidak ngobrol dengan spek sarananya. Di Indonesia banyak terjadi begini. Tapi ya itulah, bagian dari belajar, ini harus kita beresin satu-satu,” kata dia.
Ia bilang perbaikan-perbaikan yang dilakukan dalam 3,5 tahun terakhir ini membuat LRT Jabodetabek semakin siap untuk dioperasikan.
Awalnya Dipuji
Sebagai informasi, jembatan lengkung LRT itu dibangun di atas flyover Tol Dalam Kota yang berada di ruas Kuningan, Jakarta Selatan, dan membentang sepanjang 148 meter.
Longspan LRT ini memiliki radius lengkung 115 meter serta menggunakan beton seberat 9.688,8 ton. Karena panjang dan rancangannya yang begitu presisi, lengkung LRT itu sempat menuai pujian.
Bahkan, lengkung LRT tersebut juga diganjar rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) karena berhasil membuat jembatan terpanjang di Indonesia bahkan mungkin di dunia, terlebih kontruksinya dikerjakan oleh para engineer anak bangsa.
BACA JUGA: Wabup Muh Rusli Ingin Terapkan SLRT untuk Penanggulangan Kemiskinan di Tanah Bumbu
Kontraktor dari lengkung LRT ini adalah BUMN Karya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Proses pembangunannya dilakukan dengan metode balanced cantilever.
Ini artinya, strukturnya dibangun dengan memanfaatkan efek keseimbangan yang membuat struktur dapat berdiri dan menahan beban sangat berat tanpa ditopang penyangga sementara.
Dengan memanfaat efek keseimbangan ini pula, maka selama pembangunan lengkung LRT, tidak membutuhkan pier tiang penyangga di tengah.
Terlebih penggunaan pier tidak memungkinkan karena lengkung LRT ini berdiri tepat di atas jalan Tol Dalam Kota dan jalan protokol di bawahnya sehingga sangat sempit. Dari sisi estetika, penggunaan tiang di tengah-tengah juga dinilai kurang bagus.
Proses konstruksi lengkung LRT ini adalah menggunakan box girder beton yang memiliki ciri khas berongga pada bagian dalamnya.
Dengan perhitungan yang sangat presisi, box girder ini kemudian dipasang dari kedua sisi hingga kemudian bisa bertemu atau saling menyambung di tengah atau tepat di atas jalan tol.(wartabanjar.com/berbagai sumber)
editor: didik tm
Awalnya Dipuji dan Raih MURI, Ternyata Lengkung LRT Salah Desain dan Membahayakan
Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com