12 Orang Tewas Terjebak di Terowongan Akibat Banjir di Korea Selatan, Jumlah Kematian Capai 49

    WARTABANJAR.COM – Ditemukannya empat jenazah dalam terowongan bawah tanah yang terendam banjir di Korea Selatan, menjadikan jumlah korban tewas atau hilang dalam bencana terkait hujan deras menjadi 49 orang. Hal tersebut sesuai keterangan sejumlah pejabat pada Senin, (17/7/2023).

    Terowongan underpass Osong di pusat kota Cheongju tergenang banjir sepenuhnya pada Sabtu kemarin. Air berasal dari luapan sungai terdekat, setelah robohnya tanggul akibat kenaikan permukaan air di tengah guyuran hujan deras.

    Sebanyak 15 kendaraan, termasuk sebuah bus, terperangkap di bawah air di dalam terowongan tersebut.

    Dilansir dari laman Yonhap News Agency, empat jenazah ditemukan lagi semalam, sehingga jumlah korban tewas menjadi 13.

    Secara nasional, 39 orang, termasuk 19 di provinsi tenggara Gyeongsang Utara, dilaporkan tewas setelah hujan deras yang melanda Korsel sejak pekan lalu, menurut data Markas Pusat Penanggulangan Bencana dan Keselamatan.

    Hingga pukul 06.00 waktu setempat, sembilan orang masih dinyatakan hilang, termasuk delapan di Provinsi Gyeongsang Utara, dengan 34 lainnya dilaporkan terluka.

    12 Orang Tewas di Terowongan

    Sekitar 12 kematian, termasuk tiga jenazah yang ditemukan semalam, terjadi di sebuah terowongan di pusat kota Cheongju, di mana 16 kendaraan, termasuk sebuah bus, terendam banjir bandang pada Sabtu (15/7/2023) lalu setelah tanggul sungai runtuh. Sembilan orang lainnya mengalami luka-luka.

    Insiden tersebut memicu pertanyaan atas upaya Korsel dalam mencegah dan menanggapi kerusakan yang terjadi akibat banjir.

    Sejumlah pengemudi yang sering menggunakan jalan tersebut menyalahkan pemerintah karena gagal melarang akses ke underpass tersebut meskipun banjir telah diperkirakan secara luas.

    Cuaca Ekstrem

    Banjir telah merenggut puluhan nyawa selama musim penghujan baru-baru ini karena pola cuaca yang menjadi lebih ekstrem.

    Pemerintah Korsel, tahun lalu, berjanji untuk mengambil langkah-langkah untuk mengatasi lebih baik bencana akibat perubahan iklim setelah hujan paling lebat dalam 115 tahun terakhir mengguyur Seoul, termasuk distrik mewah Gangnam yang menyebabkan 14 orang tewas dan menggenangi rel kereta bawah tanah, ruas jalanan dan rumah-rumah.

    Presiden Korsel Yoon Suk-yeol yang baru saja kembali dari perjalanan luar negeri, pada Senin (17/7) waktu setempat menggelar rapat antar-lembaga membahas tanggap bencana dan menyatakan situasinya menjadi lebih buruk karena penanggulangan yang buruk di daerah-daerah yang rentan.

    “Kami telah berulang kali menekankan kontrol akses ke area berbahaya dan evakuasi pencegahan sejak tahun lalu, tetap jika prinsip dasar tanggap bencana tidak dipertahankan, sulit untuk memastikan keamanan publik,” ucap Yoon dalam rapat tersebut.

    Dia kemudian menyerukan kepada otoritas setempat untuk melakukan upaya maksimal untuk menyelamatkan para korban dan berjanji mendukung pekerjaan pemulihan dan keluarga yang terdampak, termasuk menetapkan daerah yang dilanda banjir sebagai zona bencana khusus.

    Perubahan Iklim
    Gagasan bahwa cuaca ekstrem yang terkait dengan perubahan iklim itu “merupakan anomali yang tidak dapat dihindari dan harus benar-benar diperbaiki,” kata Yoon, seraya menyerukan “tekad yang luar biasa” untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respon pemerintah.

    Korea Selatan akan “mengerahkan seluruh sumber daya yang tersedia”, termasuk kekuatan militer dan polisi Korsel untuk membantu upaya penyelamatan, tambah Yoon.

    “Musim hujan belum berakhir, dan perkiraannya kini akan ada hujan lebat lagi besok,” ungkap Yoon.

    Mayoritas korban, termasuk 19 korban tewas dan delapan korban hilang, berasal dari Gyeongsang Utara yang sebagian besar disebabkan oleh bencana tanah longsor di daerah pegunungan, yang telah menimbun puluhan rumah berpenghuni.

    Beberapa lainnya juga dilaporkan hilang terhanyut, saat sebuah sungai meluap di provinsi itu, lapor kementerian dalam negeri Korsel.

    Badan Meteorologi Korea Selatan memperkirakan akan ada lebih banyak hujan lebat hingga hari Rabu (19/07) mendatang dan mendesak masyarakat untuk “menahan diri agar tidak keluar rumah”.

    Korsel secara teratur kerap dilanda banjir saat musim panas. Namun, negara di semenanjung Korea itu biasanya siap menghadapi banjir dan jumlah korban jiwanya juga relatif rendah.

    Para ilmuwan mengatakan bahwa perubahan iklim membuat peristiwa cuaca di seluruh dunia menjadi lebih ekstrem dan lebih sering terjadi.(wartabanjar.com/berbagai sumber)

    editor: didik tm

    Baca Juga :   Kepala Daerah Minta Diundang di Acara HPN 2025 Kalsel, Hendry Ch Bangun: Bukti Gaungnya Menguat dan Mendapat Apresiasi

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI