WARTABANJAR.COM – Malam Nisfu Syakban atau malam tanggal 15 Syakban dikenal dengan pencatatan takdir dan ketetapan, baik itu soal rezeki, usia, prestasi, maupun jodoh, ditulis dalam ‘buku catatan takdir’ oleh Allah untuk tahun tersebut.
Dianjurkan untuk memperbanyak amalan sunnah pada malam tersebut. Orang Muslim juga dianjurkan memperbanyak doa, termasuk doa agar dihindarkan dari takdir-takdir yang buruk.
Dengan kekuasaan Allah SWT, takdir yang buruk tersebut diganti yang lebih baik. Takdir-takdir yang telah tercatat itu dimohonkan mendapat rahmat dan berkah untuk tahun tersebut.
Hal ini berdasarkan Al-Qur’an surat Ad-Dukhan ayat 3 dan 4 yang artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami adalah para pemberi peringatan. Di dalamnya dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.”
Menurut beberapa mufassir (ulama ahli tafsir), maksud ‘malam yang diberkahi’ tersebut adalah malam Nisfu Sya’ban. Meski ada pula yang menafsirinya dengan malam Lailatul Qadar
Sayyid Muhammad al-Maliki memaparkan, jika melalui metode tarjih, yaitu mengunggulkan satu riwayat atau penafsiran atas lainnya, maka maksud ‘malam yang diberkahi’ dalam surat Ad-Dukhan tersebut adalah malam Lailatul Qadar.
Berbeda jika menggunakan metode-metode jam’ur riwayat, yaitu mengumpulkan beberapa riwayat lain dan berusaha memberi jalan tengah pemahaman, lanjut Sayyid Muhammad, maka maksud ‘malam yang diberkahi’ adalah malam Nisfu Sya’ban.
Mengenai yang terakhir ini, Sayyid Muhammad mengutip riwayat Abu Dluha dari Ibnu Abbas, “Sungguh Allah menetapkan putusan dan takdir pada malam Nisfu Sya‘ban dan menyerahkannya pada para pengampunya pada malam Lailatul Qadar”.