WARTABANJAR.COM, BANJARMASIN-Varian COVID-29 Delta yang awalnya muncul di India, menjadi varian dominan secara global atau dunia.
Menurut Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan, Jumat (18/6/2021), mengatakan hal itu.
Dia juga menyuarakan kekecewaan atas kegagalan calon vaksin CureVac dalam uji coba untuk memenuhi standar kemanjuran WHO, terlebih saat varian yang sangat menular ini meningkatkan kebutuhan vaksin baru dan ampuh.
Inggris melaporkan lonjakan tajam infeksi varian Delta, sementara pejabat senior kesehatan masyarakat Jerman memprediksikan varian Delta akan dengan cepat menjadi varian dominan di sana meski tingkat vaksinasi tinggi.
Pemerintah Rusia menyalahkan lonjakan kasus COVID-19 pada keraguan vaksinasi dan “nihilisme” setelah rekor infeksi baru di Moskow, kebanyakan varian Delta baru, mengipasi kekhawatiran gelombang ketiga.
“Varian Delta sedang dalam perjalanan menuju varian dominan secara global sebab penularannya yang sangat tinggi,” kata Swaminathan saat konferensi pers.
Varian COVID-19 dikutip oleh CureVac ketika perusahaan asal Jerman itu pekan ini melaporkan bahwa vaksin buatannya hanya memilik kemanjuran 47 persen dalam mencegah penyakit, jauh dari ambang batas 50 persen standar WHO.
Perusahaan mengatakan telah mencatat sedikitnya 13 varian yang beredar dalam studi populasi mereka.
Mengingat bahwa vaksin mRNA serupa dari Pfizer-BioNTech dan Moderna mencatat tingkat kemanjuran di atas 90 persen, Swaminathan mengatakan dunia berharap lebih pada calon vaksin CureVac.