WARTABANJAR.COM – Jemaah haji rentan terkana penyakit saat suhu Madinah di siang hari bisa mencapai 40 derajat celsius atau lebih. Saat ini Madinah memasuki musim panas.
Kelembaban udara yang rendah ini mengakibatkan panas terasa menyengat namun tubuh tidak berkeringat. Diketahui bahwa mekanisme berkeringat merupakan mekanisme untuk menstabilkan suhu tubuh.
Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi dr. M. Imran menyampaikan jemaah haji asal Indonesia harus mewaspadai suhu panas di Madinah. Jemaah haji harus menyiapkan perlindungan tambahan agar tetap bisa beribadah dengan sempurna di tengah cuaca panas di Madinah.
Baca Juga
Haga Bawang Merah di Banjarmasin Tembus Rp 43 Ribu per Kilo
“Jemaah harus waspadai cuaca panas di Madinah. Panas di Madinah akan terasa lebih menyengat namun tubuh tidak berkeringat. Hal ini bisa menyebabkan masalah kesehatan yang bisa menghambat jemaah untuk menjalankan ibadah,” tutur dr. Imran.
Terdapat lima penyakit yang sering muncul karena cuaca panas Madinah dan dialami oleh jemaah haji yaitu pertama yaitu infeksi saluran pernapasan atas (ispa).
Gejala yang sering muncul yaitu batuk. Udara kering Madinah dapat menyebabkan lapisan didalam mulut dan hidung kita menjadi kering dan memicu terjadinya batuk.
Penyakit kedua adalah dehidrasi yang cukup serius. Kelembaban udara Madinah yang rendah, sering kali membuat jemaah haji tidak merasa langsung haus saat beraktifitas di luar ruangan. Gejala yang sering di alami jemaah haji yang mengalami dehidrasi yaitu pusing.
Kondisi dehidrasi juga sangat berbahaya bagi jemaah Lansia, karena banyak Lansia yang mengalami gangguan persepsi haus. Sensasi haus pada Lansia sedikit lambat maka saat Lansia merasa haus artinya Lansia tersebut dalam keadaan dehidrasi berat.