KNKT Diminta Selidiki Trigana Air Gunakan Halim Perdanakusuma yang Terbatas untuk Publik

    WARTABANJAR.COM, JAKARTA – Pengamat penerbangan Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim meminta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyelidiki alasan pesawat kargo Trigana Air 737-500 rute Jakarta-Makassar memilih lepas landas dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, yang tergelincir karena masalah mesin pada Sabtu (20/3).

    “Halim itu kan sebenarnya wilayah tertutup atau wilayah terbatas, restrict area, tidak untuk publik. KNKT harus selidiki,” kata Chappy di Jakarta, Minggu.

    Menurut dia, alih-alih menggunakan Bandara Halim yang merupakan kawasan terbatas, penerbangan serupa sebaiknya dialihkan ke Bandara Soekarno-Hatta yang lalu lintasnya sedikit.

    “Sekarang ‘kan traffic sedikit, sehingga tidak ada alasan untuk menggunakan Halim. Jadi ya sudah, penerbangan (komersial) semua dari Soekarno-Hatta saja,” tambahnya.

    Mantan kepala staf TNI AU tersebut menjelaskan, Halim Perdanakusuma termasuk dalam bandara khusus yang bisa digunakan untuk misi pertahanan udara.

    “Jadi kalau tidak terpaksa, jangan dipakai (untuk komersial). Kalau dipakai dan terjadi seperti kemarin, keluar landasan, ‘kan berbahaya. Kan kadang-kadang ada pesawat Sukhoi, F-16, dan itu bahaya,” ujarnya.

    Investigasi tergelincirnya pesawat Trigana Air sudah mulai dilakukan oleh KNKT. Investigasi tersebut dipimpin Capt Nurcahyo.

    Hari Minggu, bersama dengan sejumlah anggota tim, KNKT melakukan pemeriksaan pesawat. Namun sejauh mana proses investigasi, hingga kini belum ada keterangan resmi.

    “Kegiatan investigasi tim penerbangan KNKT yang dipimpin oleh Capt Nurcahyo bersama anggota Chaerudin, Henry, Apib terkait kecelakaan Boeing 737-400F yang dioperasikan PT Trigana Air,” tulis Instagram KNKT seperti dikutip, Minggu.

    Baca Juga :   Dokter ASN di Kaltim Hadiri Debat Pilkada, Beralasan Dampingi Ortu Jadi Timses

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI