WARTABANJAR.COM, CHICAGO – Harga emas berjangka terjungkal pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor mempercepat aksi jual mereka sehari setelah membukukan keuntungan moderat, terseret oleh mengguatnya dolar setelah Federal Reserve (Fed) AS memberikan nada hawkish pada strategi moneternya.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, terjun 86,6 dolar AS atau 4,65 persen, menjadi ditutup pada 1.774,80 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Rabu (16/6/2021) emas berjangka naik 5 dolar AS atau 0,27 persen menjadi 1.861,40 dolar AS.
Harga emas berjangka tergelincir 9,5 dolar AS atau 0,51 persen menjadi 1.856,40 dolar AS pada Selasa (15/6/2021), setelah anjlok 13,7 dolar AS atau 0,73 persen menjadi 1,865,90 dolar AS pada Senin (14/6/2021), dan terpuruk 16,8 dolar AS atau 0,89 persen menjadi 1.879,60 dolar AS pada Jumat (11/6/2021).
Mayoritas dari 11 pejabat Fed pada Rabu (16/6/2021) memproyeksikan setidaknya dua seperempat poin kenaikan suku bunga untuk tahun 2023, meskipun para pejabat berjanji untuk menjaga kebijakan tetap mendukung untuk saat ini guna mendorong pemulihan lapangan pekerjaan.
Pengumuman itu mengangkat dolar ke level tertinggi lebih dari dua bulan, mengikis daya tarik emas bagi mereka yang memegang mata uang lainnya, dan mendorong lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS, meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
“Dot plot the Fed memberikan perubahan nada yang jelas, pada akhirnya menunjukkan bahwa meskipun The Fed terus menegaskan kembali bahwa inflasi bersifat sementara, penilaian formal mereka terhadap risiko terhadap ekonomi jelas lebih hawkish,” kata Ahli Strategi Komoditas TD Securities, Daniel Ghali.