“Pada tahapan UKL pertama, Formasi Pematang Upper Red Bed berhasil diperoleh laju alir minyak lebih dari 3.063 BOPD. Penemuan sumur eksplorasi ini merupakan penemuan sumur yang ketiga setelah sebelumnya penemuan migas di sumur Sidingin North-1 dan Pinang East-1 serta sumur Mibasa-1 yang mengindikasikan minyak,” ungkap Andre seperti dikutip Wartabanjar.com.
Adapun, UKL sumur eksplorasi bertujuan untuk mengetahui kandungan hidrokarbon ekonomis dari suatu lapisan dan mengetahui karakteristik reservoir yang dilakukan sesaat setelah pengeboran. UKL tersebut dilakukan dengan cara memproduksikan fluida melalui pipa bor.
Baca juga: 610 Peserta Lolos Kembali Bersaing di Tes CAT Penerimaan Calon Praja IPDN
“Jika didapatkan hidrokarbon pada saat uji kandungan lapisan, maka laju alirnya diukur untuk kemudian dialirkan menuju burn pit untuk dibakar karena keterbatasan fasilitas produksi pada tahapan eksplorasi. Hal ini umum dilakukan pada proses uji kandungan lapisan dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan dan lingkungan dan mitigasi dampak sosial,” jelas Andre.
Kepala Divisi program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro mengatakan pengeboran sumur Astrea-1 menjadi bukti bahwa kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) terus berkomitmen untuk melakukan pengeboran demi mencapai target dan menaikkan produksi migas nasional.
“Komitmen pengeboran harus terus dijalankan oleh PHR dan KKKS lainya untuk sama-sama mencapai target yang telah ditetapkan oleh pemerintah,” ujar Hudi.
Baca juga: PT Pertamina Ajak Pimred-Pimred ke Bali, Mau ‘Jinakkan’ Media?