Ia termasuk anggota awal tim sosialisasi Anugerah Musik Indonesia (AMI).
Bens Leo sangat lantang menentang pembajakan di dunia musik.
Bagi Bens Leo, masalah ini tidak hanya tentang perusahaan rekaman atau pemerintah, tetapi juga sesama musisi.
Maraknya pelanggaran atau pembajakan hak cipta juga dipicu oleh menurunya penjualan karya musik dalam bentuk fisik.
Bens juga di kenal sebagai seorang pencari bakat dan produser musik, di mana ia berhasil berhasil memproduseri album perdana Kahitna ‘Cerita Cinta’ pada 1993.
Kariernya dimulai ketika gagal dalam seleksi pendidikan AKABRI, terlambat mendaftar masuk ke pendidikan penerbang di Curug, dan merasa berat untuk meminta uang kuliah dari Ibunya yang single parent.
Ia nekat mewawancarai anggota Koes Plus, Tonny Koeswoyo dengan peralatan seadanya.
Beruntung, Tonny dengan rendah hati mau melayani permintaannya.
Berita tersebut ia kirim ke Berita Yudha Sport & Film. Hasilnya, sepekan setelah itu, tulisannya yang berjudul ‘Sejarah Koes Bersaudara’ dimuat sebagai headline di koran tersebut.
Ia kemudian direkrut untuk menulis di rubrik Seni Budaya. Mengetahui hal ini, Tony Koeswoyo memberinya referensi untuk mewawancarai Panbers.
Wawancaranya dengan Panbers dikirimkan ke Aktuil. Dari Aktuil, ia mendapat nama alias Bens Leo.
Kariernya terus menanjak Rasela, Gipsy, Barong’s Band, juga liputan tentang Festival Lagu Pop Indonesia.
Bahkan pada tahun 1974, ia mulai ditunjuk sebagai anggota Dewan Juri Festival Lagu Pop Indonesia yang bermuara di World Popular Song Festival di Tokyo, Jepang.