WARTABANJAR.COM, JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memandang ekosistem kendaraan listrik di dunia termasuk Indonesia saat ini masih belum matang. Hal itu lantaran keterbatasan teknologi, yakni kendala terbesar ada pada baterai yang belum mapan
Demikian dikatakan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko kepada wartawan di Jakarta, Rabu (12/06/2024). Menurutnya, persoalan baterai belum optimal menyimpan listrik dan relatif cepat rusak dibandingkan usia pakai mobil itu sendiri.
“Masa pengecasan terlalu lama, sehingga untuk saat ini kendaraan listrik masih menjadi opsi bagi segmen tertentu yang memang sudah bisa dan siap dengan kendaraan listrik, misalnya orang-orang yang punya rumah tapak,” kata Handoko seperti dikutip Wartabanjar.com.
Baca juga: KPU Gelar Rakor Tindak Lanjut Putusan MK soal PHPU
Bagi konsumen yang memiliki rumah tapak, mereka dapat mengisi ulang baterai dengan lebih leluasa kapan saja. Sedangkan, pemilik kendaraan listrik yang menetap di apartemen akan kesulitan dalam mengecas baterai.
Selain itu, kendaraan listrik sejauh ini lebih cenderung dipakai untuk wilayah perkotaan bukan untuk mobilisasi jarak jauh.
Handoko mencontohkan di Amerika Serikat, masalah-masalah itu juga sama terjadi. Penduduk yang berada di sub-area dan harus pulang-pergi menempuh jarak yang cukup jauh belum bisa memaksimalkan kendaraan listrik.
Baca juga: Presiden Jokowi Himbau Masyarakat Jauhi Judi, Buntut Kasus Polwan di Jatim
“Praktis (kendaraan listrik) masih di level secondary car,” ucapnya.