WARTABANJAR.COM, JEDDAH – Hidangan tradisional di wilayah AlUla merupakan bagian penting dari adat Ramadan.
Di antara yang paling terkenal adalah sup hareessa, atau freekeh, berbahan dasar biji-bijian, dan sambous, atau samosa, ala AlUla.
Huda Hamza Al-Ateeq telah menghabiskan hidupnya di AlUla dan mempelajari seni memasak tradisional dari mendiang ibunya.
“Saya masih membuat banyak hidangan yang diajarkannya kepada saya,” kata Al-Ateeq kepada Arab News.
“Salah satu favorit saya adalah roti marees, sederhana namun lezat, dibuat dengan mencampur dan merebus adonan dengan bawang putih dan garam, lalu diakhiri dengan ghee.”
Dia menjelaskan bahwa banyak hidangan AlUla mengandalkan produk Badui, seperti ghee dan rempah-rempah lokal.
“Untuk sambous, adonan biasanya dibuat dari tepung gandum utuh (dengan sedikit tepung putih yang ditambahkan) dan dicampur dengan ragi instan, sedikit minyak, dan air.
Terkadang, susu ditambahkan, tetapi bahan utamanya tetap tepung gandum utuh.
“Isinya terdiri dari daging cincang, bawang, rempah-rempah dan garam, bersama dengan campuran rempah-rempah AlUla khusus yang memberikan adonan sambous rasa khasnya.”
Sup Hareesa (sup freekeh)
Menurut Al-Ateeq, sup ini merupakan makanan pokok berbuka puasa Ramadan.
Gandum yang digunakan dalam persiapannya ditanam di AlUla, membutuhkan waktu sekitar empat hingga enam bulan untuk matang.
Setelah gandum berubah menjadi keemasan, batangnya dipanggang di atas api, dan biji-bijian kemudian diekstraksi dan dihancurkan.
Biji-bijian kemudian dimasak dengan daging, membutuhkan waktu sekitar satu setengah hingga dua jam untuk matang sepenuhnya.