Panel menilai, ujaran-ujaran yang dilontarkan Ribka terhadap Jokowi imbas dari kekalahan PDIP di Pemilu Presiden 2024 lalu.
Baca juga: Pengamat Ekonomi Sebut Harga BBM Nonsubsidi Harus Naik
“Ini bisa jadi juga jadi imbas kekalahan. Bisa jadi juga, imbas kekalahan, imbas kekecewaan, imbas ketidak terpilihan pada pileg kemarin, tapi jangan dibuangnya di sini, jangan ditumpahkannya di urusan yang seperti ini. Karena ini enggak etik kalimat yang disampaikan itu, ya,” kata Panel.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Ribka Tjiptaning mengatakan, jika tidak ada peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli (Kudatuli), tidak akan terjadi reformasi di Indonesia. PDI Perjuangan (PDIP) mengeklaim peristiwa itu menjadi tonggak terjadinya reformasi, pada Mei 1998.
Untuk diketahui, Kudatuli merupakan peristiwa pengambilalihan secara paksa Kantor DPP PDIP yang dipimpin Megawati Soekarnoputri oleh massa pendukung Ketua Umum PDI hasil kongres Medan, Soerjadi, pada 27 Juli 1996 silam.
Ribka menyebut, reformasi telah mengubah total sistem birokrasi di Indonesia. Dengan adanya reformasi, semua kalangan masyarakat bisa menjadi pemimpin.
Baca juga: Jadwal Tim Indonesia di Olimpiade Paris 2024 pada Sabtu 27 Juli
“Kalau tidak ada reformasi, tidak ada anak buruh bisa jadi gubernur, tidak ada reformasi tidak ada anak petani bisa jadi bupati/walikota,” ungkapnya.
Ribka kemudian menyindir Presiden Jokowi yang diketahui profesi orang tuanya merupakan seorang tukang kayu.
“Tidak ada reformasi, tidak ada anak tukang kayu jadi presiden. Anak tukang kayu soal sekarang songong. Cucunya juga songong,” ujar Ribka.