Tidak hanya kisah orang tua sahabat Fudaik di atas, kisah yang sama yaitu kebutaan yang sembuh berkat Rasulullah juga pernah dirasakan oleh sahabat Abu Dzarrin.
Ia pernah menderita buta setelah kedua matanya terluka saat perang Uhud. Namun setelah kejadian itu Rasulullah meludahinya dan atas izin Allah ia bisa melihat kembali, bahkan lebih sehat dari sebelumnya.
Kisah ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abdurrahman bin Harits dari Abu Ya’la al-Mushili, ia berkata: “Telah berkata Abu Ya’la al-Mushili: Telah meriwayatkan kepada kita Abdurrahman bin Imran dari Abdurrahman bin Harits bin Ubaid dari kakeknya, ia berkata: Suatu ketika mata Abu Dzarr terluka pada saat perang Uhud, kemudian nabi meludahinya, maka mata yang terluka tadi menjadi mata yang paling sehat.”
Kisah yang sama juga pernah dirasakan oleh sahabat Qatadah. Ia pernah menderita buta bahkan lebih parah dari sebelumnya, kedua mata Qatadah sampai keluar bergelantungan di pipinya.
Awal mula kejadian ini adalah karena ia diserang habis-habisan dalam perang Badar, hingga kedua matanya menjadi buta dan keluar. Namun pada berkat Rasulullah, akhirnya ia sembuh kembali. Dalam riwayat Abu Ya’la al-Mushili, dari Qatadah bin Nu’man, ia berkata: “Telah berkata Abu Ya’la al-Mushili: Telah meriwayatkan kepada kita Abdurrahman dari Ashim dari Qatadah bin Nu’man, bahwa suatu ketika matanya terkena senjata saat perang Badar hingga bola matanya bergelantungan di pipinya. Semula para sahabat hendak memotongnya, namun mereka menanyakan terlebih dahulu kepada nabi. Kemudian nabi berkata: Jangan dipotong. Lalu nabi memanggilnya dan mengembalikan bola matanya dengan telapak tangan nabi, bahkan sampai-sampai Qatadah pun tidak tahu mata mana yang sebelumnya terluka.”