WARTABANJAR.COM, BANJARMASIN- Lailatul Qadar merupakan malam yang begitu istimewa dan penuh berkah ketimbang yang lainnya dan hanya ada di bulan Ramadhan.
Bahkan sering juga disebut dengan malam 1000 bulan.
Bagaimana tidak, pada lailatul qadar Alquran diturunkan pertama kalinya.
Tiap umat Islam berhak mendapatkan malam lailatul qadar tersebut jika Allah menghendakinya, tak terkecuali perempuan haid.
Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْراكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari 1000 bulan.” (QS Al-Qadr: 1-3).
Selain itu, keutamaan Lailatul Qadar dapat diperoleh dengan cara menghidupkan malam ini seraya beribadah seperti berdzikir, melakukan shalat sunah, dan shalat berjemaah.
Dengannya, Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa yang terdahulu, sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah SAW:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barangsiapa beribadah pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (HR Al-Bukhari).
Perihal makna hadits ini Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani (wafat 852 H) dalam kitabnya Fathul Bari menerangkan bahwa dalam redaksi hadits tersebut maknanya ialah barangsiapa menghidupkan malam Lailatul Qadar dan tidak menemukan Lailatul Qadar, maka akan tetap mendapatkan pahalanya. Dan barangsiapa yang menghidupkan malam ini lantas menemukan Lailatul Qadar, maka juga akan mendapatkan pahala. Inilah kemudian yang berlaku dan dipilih dalam mengartikan maksud ‘mengetahui’ dan yang dipilih menurut pandanganku.” (Ahmad Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari, (Beirut: Dar Al-Ma’rifah), juz IV, halaman 267).