WARTABANJAR.COM, CHICAGO – Harga emas kembali tergelincir pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), mencatat penurunan untuk hari kelima berturut-turut, karena greenback (dolar AS) yang lebih kuat dan meningkatnya sentimen risiko di antara para investor mengurangi daya tarik logam mulia dan menutup dukungan dari penurunan dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi COMEX New York Exchange, terpangkas lagi 5,8 dolar AS atau 0,34 persen menjadi ditutup pada 1.723,00 dolar AS per ounce.
Akhir pekan lalu, Jumat (26/2/2021), anjlok 46,60 dolar AS atau 2,62 persen menjadi 1.728,80 dolar AS per ounce, penyelesaian terendah sejak Juni 2020.
Emas berjangka terpangkas 22,5 dolar AS atau 1,25 persen menjadi 1.775,4 dolar AS pada Kamis (25/2/2021), setelah merosot 8,0 dolar AS atau 0,44 persen menjadi 1.797,90 dolar AS pada Rabu (24/2/2021), dan tergerus 2,5 dolar AS atau 0,14 persen menjadi 1.805,90 dolar AS pada Selasa (23/2/2021).
“Visi pemulihan ekonomi, dolar pulih dari posisi terendah baru-baru ini, pasar ekuitas berjalan dengan baik … dalam lingkungan ini ada sedikit permintaan yang lebih rendah untuk emas,” kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
“Tapi di sisi lain, kami melihat stimulus tambahan 1,9 triliun dolar AS disuntikkan ke dalam perekonomian (AS) dan kami berpotensi melihat lingkungan inflasi di waktu mendatang, di mana emas memiliki kecenderungan untuk berjalan cukup baik.”
Indeks dolar melonjak ke level tertinggi tiga minggu, sementara optimisme atas stimulus ekonomi dan pembaruan yang menjanjikan pada vaksin COVID-19 mengangkat sentimen risiko di pasar keuangan yang lebih luas, dengan tiga indeks utama saham AS naik.