WARTABANJAR.COM, PARINGIN – Cabai hiung menjadi salah satu tanaman hortikultura yang digemari petani, tetapi risiko yang menyertainya pun tidak main-main. Tanaman ini rentan terserang berbagai macam penyakit, yang dapat menyebabkan gagal panen dan fluktuasi harga yang ekstrem.
Diki Rahmani, seorang petani di Balangan, mengungkapkan bahwa merawat cabai hiung membutuhkan perhatian ekstra. Pasalnya, sejak awal pertumbuhan, tanaman ini sangat rawan terserang penyakit.
“Jangan heran kalau melihat tanaman cabai hiung yang batangnya kecil atau pertumbuhannya terhambat. Bahkan, ada yang seharusnya sudah bisa dipanen, tetapi gagal karena serangan penyakit,” ujarnya.
BACA JUGA:Petani Balangan Raup Puluhan Juta dari Cabai Hiung
Beberapa penyakit yang sering menyerang cabai hiung antara lain antraknosa, fusarium, busuk buah, busuk batang, dan kerdil. Namun, Diki memastikan masih ada cara untuk mengatasinya dengan perawatan yang tepat.
Meskipun penuh tantangan, cabai hiung memiliki keunggulan dibanding tanaman lain, yakni masa panennya yang panjang, bisa mencapai hampir dua tahun. Selain itu, jika harga pasar sedang tinggi, petani bisa meraup keuntungan besar.
“Kalau harga bagus, petani bisa mendapatkan untung yang banyak. Tapi di sisi lain, modal yang diperlukan juga tidak sedikit,” tambahnya.
Di Kabupaten Balangan, banyak petani lebih memilih menanam cabai daripada sayuran. Alasannya, kebun mereka umumnya berada di tengah hutan, sehingga jika menanam sayuran, besar kemungkinan tanaman mereka diserang oleh monyet liar.