Pernyataan pada 13 Agustus itu sendiri merupakan komentar publik pertama Hasina sejak pengunduran dirinya.
Dia juga menuntut penyelidikan atas pembunuhan dan tindakan kriminal lainnya selama kerusuhan yang memaksanya keluar dari jabatannya, dan pelakunya “diidentifikasi dan dihukum”.
Persenjataan polisi menjadi penyebab sebagian besar kematian selama protes, menurut angka polisi dan rumah sakit yang sebelumnya dikumpulkan oleh AFP.
Hasina datang beberapa jam setelah pengadilan di Dhaka membuka penyelidikan pembunuhan terhadap dirinya, dua tokoh penting Liga Awami, dan empat petugas polisi senior.
Sementara itu Pemerintahan sementara, yang dipimpin oleh peraih Nobel berusia 84 tahun Muhammad Yunus, mengisyaratkan pihaknya tidak akan mengganggu penyelidikan.
Menteri Lingkungan Hidup Syeda Rizwana Hasan mengatakan kepada wartawan: “Kita semua tahu bahwa terdakwa utama dalam kasus ini… tidak berada di negara ini.”
“Kasus ini akan berjalan normal,” tambahnya.
“Keadilan di Bangladesh berjalan sangat lambat… kami dapat mencoba memastikan bahwa tidak ada penundaan dalam penyelidikan.”
“Hasan juga membenarkan penahanan dua tokoh penting pemerintahan Hasina, yang tidak terkait dengan penyelidikan pembunuhan tersebut. Menteri Hukum Anisul Huq dan penasihat bisnis Salman Rahman telah ditangkap”, katanya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Laporan media lokal mengatakan keduanya gagal melarikan diri dari Dhaka dengan perahu.(pwk)
Editor: purwoko