Sebab, profesi wartawan di zaman dulu kala merupakan profesi terhormat. Mengingat, mereka bekerja sambil membawa misi memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Saat itu, wartawan memiliki peran ganda, yakni sebagai wartawan dan sebagai aktivis. Salah satu tokoh pers nasional yang namanya masih dikenang yaitu Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo.
Ia bahkan disebut sebagai Bapak Pers Nasional, karena jasanya sebagai perintis jurnalistik di Indonesia. Tirto juga merupakan tokoh pendiri surat kabar pertama.
Hebatnya, surat kabar pertama ini juga dimiliki dan dikelola oleh pribumi, yaitu Medan Prijaji di Bandung. Tidak lama terbentuknya PWI, lahir pula Serikat Penerbit Suratkabar (SPS).
Saat itu, surat kabar masih menjadi media nomor satu untuk menyalurkan informasi ke masyarakat. Setelah proses lama, PWI kemudian mengadakan kongres ke-28 di Padang tahun 1978.
Disinilah ide Hari Pers Nasional tercetus, yang kemudian menjadi dasar penetapan oleh Soeharto. Tema peringatan Hari Pers Nasional tiap tahunnya berbeda.
Tema Hari Pers Nasional biasanya tak lepas dari situasi dan kondisi bangsa saat dirayakan. Di tahun Pemilu 2024 ini, Hari Pers Nasional mengusung tema “Mengawal Transisi Kepemimpinan Nasional dan Menjaga Keutuhan Bangsa”. (berbagai sumber)
Editor: Erna Djedi