Tahun 1964 ada organisasi yang terhimpun dalam apa yang dinamai PLO, Organisasi Pembebasan Palestina.
PLO ini sudah bersedia untuk berdamai dan menyetujui keputusan PBB, ada dua negara, ada Israel ada Palestina.
“Israel enggak mau, malah dia terus mau mengambil. Dia mengambil dataran tinggi Golan, iya toh?” ujarnya. Ada lagi organisasi Palestina, yang tidak mau masuk PLO, yaitu Hamas.
“Hamas itu dipengaruhi oleh Ikhwanul Muslimin. Ini yang perang sekarang. Kalau PLO agak lunak karena mau berdamai dalam solusi dua negara, maka Israel tidak mau, dan bahkan punya cita-cita menguasai seluruh Arab,” kata Prof Quraish.
Ketika PBB mengusulkan dua negara dan ada perdamaian, Hamas tidak mau. Hamas bilang, “Saya tidak mau dua negara, masa saya punya keluarga diusir, ke mana?” kata Prof Quraish, menirukan.
Lalu Israel berkata, “Sudahlah, orang Palestina tinggal saja di negeri-negeri Arab.” “Kemarin ini waktu duduki Gaza, Israel berkata, ‘Ayolah mengungsi ke Mesir, ke Rafah.’ Mesir tolak, tidak mau. Kenapa? Karena kalau dia terima orang-orang Palestina, menjadilah mereka pengungsi-pengungsi, makin senang Israel. Tidak ada yang ganggu dia. Itu persoalannya,” pungkas Prof Quraish. (berbagai sumber)
Editor: Erna Djedi