WARTABANJAR.COM, BANJARMASIN- Islam mengajarkan berbagi ke sesama makhluk hidup, khususnya ke kaum yang memerlukan bantuan.
Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang dan kepedulian kepada sesama, tanpa memandang agama atau keyakinannya.
Di antara bentuk kasih sayang dan kepedulian tersebut adalah dengan menyantuni anak yatim, termasuk anak yatim nonmuslim.
Bagaimanakah hukumnya seorang muslim atau muslimah menyantuni kaum duafa atau anak yatim yang nonmuslim? Boleh atau tidak? Begini penjelasannya, dikutip dari laman Kementerian Agama RI, Jumat (13/10/2023).
Hukum Menyantuni Anak Yatim Nonmuslim
Menurut Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab, bahwa boleh hukumnya bersedekah kepada nonmuslim, termasuk anak yatim nonmuslim.
Dan orang yang bersedekah tersebut akan mendapatkan pahala yang besar.
Ia berkata:
يستحب أن يخص بصدقته الصلحاء وأهل الخير وأهل المروءات والحاجات ، فلو تصدق على فاسق أو على كافر من يهودي أو نصراني أو مجوسي جاز ، وكان فيه أجر في الجملة قال صاحب البيان : قال الصيمري : وكذلك الحربي ، ودليل المسألة قول الله تعالى :ويطعمون الطعام على حبه مسكينا ويتيما وأسيرا ومعلوم أن الأسير حربي
“Disunahkan untuk memberikan sedekah kepada orang-orang saleh, orang baik, orang yang menjaga kehormatan dan orang yang membutuhkan. Namun, apabila bersedekah kepada orang fasiq atau orang kafir dari kalangan Yahudi, Nasrani ataupun Majusi, maka hukumnya boleh dan secara keseluruhan mendapat pahala. Pengarang kitab Albayan berkata, Asshaimiri berkata: ‘Begitu juga nonmuslim yang memusuhi kaum Muslim (boleh diberi sedekah).’ Dalil dalam masalah ini adalah firman Allah, ‘Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.’ Dan sudah diketahui bersama bahwa orang yang ditawan adalah nonmuslim yang memusuhi kaum Muslim.”