Masjid Datu Abulung, Jejak Sejarah dan Spirit Tasawuf di Tepian Martapura

WARTABANJAR.COM, MARTAPURA- Masjid Jami Syekh Abdul Hamid Abulung, yang juga dikenal sebagai Masjid Datu Abulung, menyimpan kisah panjang sejarah dan nilai spiritual yang mendalam bagi masyarakat Banjar.

Dibangun pada masa Sultan Tahmidillah II (1761–1801), masjid ini awalnya didirikan sebagai penebusan dosa atas eksekusi Syekh Abdul Hamid Abulung, seorang ulama tasawuf yang dituduh menyebarkan ajaran sesat.

Sejarawan Banua dan akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari, Mursalin, mengatakan masjid yang berlokasi di Desa Sungai Batang, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar ini, kini telah ditetapkan sebagai cagar budaya sekaligus pusat ibadah dan destinasi wisata religi yang banyak dikunjungi.

“Bangunan masjid yang terbuat dari kayu ulin, memancarkan keunikan arsitektur khas Banjar dengan atap tumpang tiga dan satu hiasan kemuncak yang melambangkan tingkatan syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat dalam tradisi Islam tasawuf,” ungkapnya, Jumat (3/10/2025).

Kemudian, empat tiang soko guru (pilar utama) yang kokoh dan 16 tiang penyangga lainnya membentuk ruang salat yang luas berlantai kayu ulin, menampilkan desain rumah panggung asli yang telah direlokasi beberapa kali namun tetap menjaga keasliannya terutama pada plafon, dinding kayu, dan mihrab berbingkai delapan jendela.

“Salah satu daya tarik masjid ini adalah mimbar kuno berbentuk setengah persegi delapan yang dikelilingi oleh delapan pintu-jendela, memantulkan cahaya alami yang menerangi ruang imam saat shalat,” sambungnya.

Baca Juga :   Gelar Rapat, Pansus IV DPRD Kalsel Tegaskan Penyelenggaraan Kesehatan Harus Berdampak Nyata ke Masyarakat

Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

BERITA LAINNYA

TERBARU HARI INI

Paling Banyak Dibaca