Nabatea kemudian menjadikan al-Hijr atau Madain Saleh sebagai ibu kota yang baru dan memahat kawasan pegunungan bebatuan ini sebagai rumah tinggal mereka.
Selain bermukim di Mada’in Saleh, oleh kaum Nabatean wilayah Al-Mabiyat dikembangkan menjadi pusat perdagangan.
Wilayah ini terus berkembang hingga tahun 650 dan akhirnya mengalami kemunduran pada 1230.
Menurut penyelidikan UNESCO, Madain Saleh menyimpan 114 makam kaum Nabatean.
Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa semasa hidupnya, Nabi Muhammad selalu mempercepat langkahnya ketika melewati Kota Al Ula. Halaman Berikutnya
Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa semasa hidupnya, Nabi Muhammad selalu mempercepat langkahnya ketika melewati Kota Al Ula.
Bahkan saat berjalan melewatinya, Nabi Muhammad tidak menoleh ke kanan atau kiri. Selain itu, Ibnu Battutah pernah melewati kota ini dan mencatat bahwa ada rombongan karavan yang bersamanya enggan untuk berhenti di Al Ula.
Keengganan untuk berhenti konon dikaitkan dengan Al Ula yang disebut kota hantu atau kota jin yang terkutuk.
Masyarakat Arab kuno menyebut Al Ula sebagai markas jin yang harus dijauhi karena kaum Nabatean menolak meninggalkan kepercayaan mereka.
Mereka disebut tidak menyembah Tuhan, tetapi menyembah dewa-dewi. Di Madain Saleh juga terdapat situs Jabal Ithlib, yang dipercaya sebagai tempat suci bagi kaum Nabatean.
Riwayat lain mengatakan bahwa kawasan Al Ula dihindari oleh Nabi Muhammad karena berkaitan dengan kisah kaum Tsamud yang hidup pada masa Nabi Saleh (2150-2080 SM).