“Suatu ketika, seorang laki-laki melewati Nabi SAW. Para sahabat melihat kegigihan dan semangatnya, lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah, seandainya (semangat) ini digunakan di jalan Allah?” Maka Rasulullah bersabda: “Jika ia keluar untuk mencari nafkah demi anak-anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan Allah. Jika ia keluar untuk mencari nafkah demi kedua orang tuanya yang sudah tua renta, maka ia berada di jalan Allah. Jika ia keluar untuk mencari nafkah demi dirinya sendiri agar tetap menjaga kehormatan, maka ia berada di jalan Allah. Namun, jika ia keluar dengan tujuan riya’ dan berbangga diri, maka ia berada di jalan setan.”
Lailatul Qadar bukan hanya soal tempat, tetapi juga soal niat dan keikhlasan hati.
Mereka yang bekerja di malam tersebut tetap bisa berzikir dalam hati, membaca doa-doa pendek, atau menyempatkan diri untuk shalat meskipun hanya beberapa rakaat.
Bahkan, tugas yang mereka lakukan dengan niat ibadah dapat menjadi jalan bagi mereka untuk mendapatkan keberkahan malam Lailatul Qadar.
Selain itu, Allah memberikan berbagai bentuk kemudahan bagi hamba-Nya.
Meskipun mereka tidak bisa berada di masjid sepanjang malam, mereka bisa menghidupkan malam dengan berbuat baik, membantu orang lain, dan tetap menjaga hubungan dengan Allah melalui doa dan niat yang lurus.
Allah Maha Mengetahui usaha setiap hamba-Nya dan tidak akan menyia-nyiakan amal yang dilakukan dengan keikhlasan. Jadi, apakah pekerja shift malam bisa mendapatkan Lailatul Qadar?
Sangat mungkin! Rahmat Allah tidak terbatas dan setiap amal baik yang dilakukan dengan niat yang benar dapat menjadi jalan menuju keberkahan.