Tanggul-tanggul ini belakangan diperluas dan pekerjaan secara terus-menerus dilakukan untuk berbagai perbaikan sistem, termasuk pemeriksaan, pemantauan, dan pembangunan fisik.
PT Freeport secara terus-menerus mengevaluasi dan memutakhirkan rencana pengelolaan tailing untuk meminimalkan risiko.
“Apabila pertambangan berakhir, penelitian kami memperlihatkan bahwa daerah pengendapan ini dapat direklamasi dengan vegetasi alamiah atau dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, kehutanan, atau perikanan. Rata-rata biaya tahunan untuk melaksanakan program pengelolaan tailing ini selama tiga tahun terakhir sekitar 120 juta dolar AS,” demikian pernyataan di website resminya.
Baca juga:Cetak Rekor! Haji Isam Pesan 2.000 Unit Ekskavator dari China Senilai Rp4 Triliun
“Kami telah melaksanakan suatu program untuk mendaur ulang Tailing sebagai bahan campuran beton dalam pembangunan prasarana lokal. Sejak tahun 2007 sampai tahun 2014, bekerja sama dengan pemerintah daerah Propinsi Papua (PEMDA Papua) dan pemerintah daerah Kabupaten Mimika (PEMDA), kami telah menggunakan material Tailing sebagai unsur utama untuk membangun infrastruktur,” ungkapnya.(pwk)
Editor:purwoko