WARTABANJAR.COM, JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut, konversi mangrove akan melepas karbon secara masif. Dibutuhkan ratusan tahun untuk mengembalikan kondisi cadangan karbonnya sebelum terjadi pengalihan fungsi.
Hal itu disampaikan peneliti BRIN, Virni Budi Arifanti dalam diskusi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) di Jakarta, Jumat (26/07/2024). Virni menjelaskan bahwa mangrove memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan karbon sehingga kerusakan ekosistem itu akan menghasilkan terlepasnya emisi gas rumah kaca (GRK) dalam jumlah besar.
Dari penelitian di wilayah delta Sungai Mahakam, dia mengatakan, konversi mangrove dalam kondisi baik menjadi tambak menghasilkan emisi GRK yang sangat besar.
“Hampir 50 persen dari cadangan karbon mangrove yang masih bagus ini akan hilang apabila mangrove ini dikonversi menjadi tambak,” katanya seperti dikutip Wartabanjar.com dari diskusi dalam rangka Hari Mangrove Sedunia, hari ini.
Baca juga: Ustadz Abdul Somad Sampaikan 4 Hal ini dalam Khotbah Jumatnya di Masjid Agung Al Falah Tanah Bumbu
Dalam penelitiannya, tambak bekas lahan mangrove itu beroperasi selama 16 tahun, upaya pemulihan untuk bisa mengembalikan kondisinya seperti semula, membutuhkan waktu sekitar 226 tahun. Tentunya kondisi itu terjadi dengan jumlah penyimpanan karbon di tanah yang sama.
“Ternyata memang kemampuan mangrove untuk melepaskan karbon ketika terganggu itu sangat tinggi sehingga upaya kita kalau kita mau mengembalikan kondisi tanah mangrove seperti dalam kondisi intact itu butuh waktu yang lama,” jelasnya.