Kelandaian sebagian permukaan kontur tanah menyebabkan bentuk aliran sungai berliku-liku dari hulu hingga ke hilirnya.
Hal ini secara fisik-spasial mempengaruhi pembentukan lingkungan binaan baik arsitektur maupun perkembangan arsitektur kotanya.
Kondisi fisik kota berada 0,16 m di bawah permuka air laut, mengakibatkan pasang laut masuk membanjiri kawasan kota, khususnya menjadi rutin pada kawasan tepian sungai.
Upaya mengatasi permasalahan ini sudah tercatat sejak lama pada peta kota tahun 1700-1945.
Era pemerintahan kolonial Belanda tahun 1890, Kota Banjarmasin dikembangkan sebagai kota Kanal, yaitu elemen parit kota yang dibangun untuk memperlancar dan mempercepat pengaliran air sungai (disebut Anjir dalam bahasa Banjar).
Sejumlah kanal dibangun dan diantaranya ada 10 kanal ditempatkan dikawasan pusat kota, yang merupakan sodetan pada lekukan sungai atau meluruskan aliran sungai. (ant)
Editor: Erna Djedi