10 Kanal di Banjarmasin Ini Ternyata Peninggalan Belanda, Begini Nasibnya Kini

    Kanal Tatas atau sungai Tatas yang berada di depan Rumah Dinas Gubernur Kalsel tersebut disebutkan pada data Pemerintah Kota Banjarmasin, yakni, panjang 736 meter dengan lebar sekitar 11 meter.

    Sungai ini juga tidak berfungsi seperti semestinya, karena sudah sangat dangkal, tidak bisa lagi di lalui transportasi sungai, hanya seperti pemandangan kolam sungai.

    Hal yang lebih memperihatinkan adalah kanal Kuripan atau sungai Kuripan yang bermuara di Jalan A Yani sekitar KM-3 atau menyambung dengan kanal atau sungai A Yani, kanal ini berakhir ke sungai Veteran atau kanal Veteran.

    Sungai Kuripan di dalam catatan Pemerintah Kota Banjarmasin sepanjang 882 meter dengan lebar 0-7 meter.

    Sungai Kuripan hampir tidak terlihat, karena tidak berada di samping jalan umum, tapi berada di belakang rumah warga di wilayah Cempaka Putih, Kebun Bunga, Banjarmasin Timur.

    Sungai Kuripan layaknya drainase di belakang dapur rumah warga, hingga kondisinya sangat kotor, hampir tidak bisa dimanfaatkan air yang mengalir di sungai itu, selain sangat dangkal.

    Sekilas sejarah kanal di Banjarmasin

    Diambil dari tulisan Jurnal.Umpar.ac.id yang ditulis Karyadi Kusliansjah dengan judul “transformasi arsitektur kota pada elemen kanal Kot Banjarmasin, Kalimantan Selatan”.

    Kota Banjarmasin merupakan ibu kota Propinsi Kalimantan Selatan yang menjadi salah satu dari 10 kota gementte yang dikembangkan pemerintahan kolonial Belanda. Kota Banjarmasin terkenal sebagai kota air, dengan sebutan “kota seribu sungai”.

    Kota tumbuh pada tepi sungai Barito dan dibelah menjadi dua bagian oleh sungai Martapura. Sejumlah anak sungai bermuara kepada kedua sungai ini.

    Baca Juga :   Kambang Barenteng, Usaha Huda untuk Bertahan Hidup Diantara Wanginya Bunga Tabur

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI