WARTABANJAR.COM, MARTAPURA – Sebagian warga Kalimantan Selatan terutama kaum Muslim “aliran tua” atau pengikut Mazhab Imam Syafi’i masing-masing melaksanakan haulan almarhum Tuan Guru Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani yang akrab dengan sapaan Guru Sekumpul, Martapura.
Pantauan Antara Kalsel di Banjarmasin, Rabu melaporkan, kegiatan haulan atau peringatan meninggal dunia Guru Sakumpul Martapura pada 5 Rajab 16 tahun lalu, kini tidak lagi menghimpun jemaah secara massal dan besar-besaran dalam satu majelis pada masa pandemi Covid-19.
Berbeda dengan haulan Tuan Guru Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang akrab dengan sapaan Tuan Guru Haji Ijai tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19, jutaan orang berkumpul di Sakumpul (tempat tinggal almarhum).
Bahkan seperti haul ke 15 tahun lalu atau 1441 Hijriah/2020 M jemaah dari provinsi lain berdatangan sehingga tidak bisa terkonsentrasi di Sakumpul, tetapi meluber di “kota intan” Martapura – sampai Masjid Mukarammah yang berjarak satu kilometer lebih.
Namun kaum Muslim Kalsel tidak surut dalam mengenang seseorang yang dianggap “keramat” (karamah), kendati masih dalam pandemi Covid-19.
Ada yang melaksanakan haulan secara pribadi di rumah masing-masing serta berkelompok dengan jemaah terbatas.
Haul Guru Sakumpul bukan hanya di perkotaan dengan majelis-majelis taklimnya, tetapi di desa-desa atau kampung hampir seluruh pelosok “Bumi Perjuangan Pangeran Antasari” Kalsel, mereka bergotong-royong menyelenggarakan haulan tersebut.
Guru Sakumpul masih zuriat Maulana Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari, seorang ulama Banjar yang pada 18 dengan karya abadinya Kitab Sabilal Muhtadin – sebuah rujukan ilmu fikih yang juga hingga ke negeri Jiran Malaysia dan Brunei Darussalam.