Dalam satu riwayat Al Harits bin Abu Usanah dari Sa’id Al Khudri ra dari Nabi SAW bersabda : “Keutamaan seorang alim atas ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas umatku.” (Kitab Tanqihul Qaul)
Dalam Lubab al-Hadits, Jalaluddin Al-Suyuthi mengutip hadits Nabi SAW yang bersabda, “Barangsiapa yang menatap wajah seorang ulama kendati sekali pandangan saja, lalu hal itu membuatnya gembira, maka Allah menciptakan dari pandangan itu satu malaikat yang memohonkan ampun untuk dirinya hingga hari kiamat.”
Bahkan disebutkan oleh Al Mukarram KH Muhammad Bakhiet AM sewaktu pembacaan Kitabul Ikhlas karangan Imam Al Ghazali : “Kematian seorang Ulama lebih menggembirakan bagi syaitan daripada kematian 70 orang ahli ibadah”.
Rasulullah SAW menyatakan, mereka yang tak memuliakan alim ulama bukanlah bagian dari umatnya.
”Bukan termasuk umatku orang yang tak menghormati orang tua, tidak menyayangi anak-anak dan tidak memuliakan alim ulama.” (HR Ahmad, Thabrani, Hakim).
Dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW sempat mengkhawatirkan tiga hal yang akan terjadi pada umatnya. ”Aku tidak mengkhawatirkan umatku kecuali tiga hal,” sabda Rasulullah..
”Pertama, keduniaan berlimpah, sehingga manusia saling mendengki. Kedua, orang-orang jahil yang berusaha menafsirkan Alquran dan mencari-cari ta’wilnya, padahal tak ada yang mengetahui ta’wilnya kecuali Allah. Ketiga, alim ulama ditelantarkan dan tidak akan dipedulikan oleh umatku.” (HR Thabrani).
”Dewasa ini, berbagai ucapan buruk telah dilontarkan kepada alim ulama,” kata Syekh Al-Kandahlawi. Untuk itu, umat perlu berhati-hati dalam membicarakan ulama.