Gejala itu terlihat BPOM tetap tidak kunjung memberikan EUA kepada CoronaVac di awal tahun meski tiga juta dosis vaksin itu sudah mendarat di Indonesia. Bahkan antivirus itu sudah mulai didistribusikan secara bergelombang.
Beberapa unsur masyarakat bertanya-tanya, bagaimana mungkin jutaan dosis vaksin yang belum mendapat EUA tetapi sudah didistribusikan ke berbagai daerah. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny K Lukito mengatakan meski vaksin Sinovac sudah didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia tetapi belum boleh disuntikkan karena belum mendapat izin penggunaan darurat/EUA. “EUA masih berproses, tapi vaksin sudah diberikan izin khusus untuk didistribusikan karena membutuhkan waktu untuk sampai ke seluruh daerah target di Indonesia,” katanya.
Ia mengatakan proses penyuntikan vaksin COVID-19 hanya boleh dilakukan jika sudah mendapatkan EUA. BPOM, kata dia, akan terus mengevaluasi uji klinis Sinovac di Bandung, Jawa Barat. Selain itu, BPOM mengkaji secara seksama berbagai hal terkait vaksin COVID-19 termasuk data dari berbagai negara terkait uji klinis antivirus SARS-CoV-2 tersebut.
Singkat kata, BPOM menjamin dari sisi keamanan dan khasiat CoronaVac jika nanti mendapatkan EUA. Jika unsur EUA sudah didapatkan artinya syarat baik (toyib) dari vaksin sudah terpenuhi. Kemudian, bagi umat Islam di Indonesia tentu ingin agar antivirus tersebut halal.
Kehalalan produk bagi Muslim adalah hal yang utama meski bukan satu-satunya. Umat Islam selalu berupaya apa yang dikonsumsinya adalah halal dan baik/aman (halalan toyiban). Untuk hal tersebut, Majelis Ulama Indonesia terlibat dalam audit CoronaVac.