WARTABANJAR.COM, BANJARMASIN-Seiring dengan gerakan boikot terhadap produk dan merek yang diduga mendanai genosida Israel, beberapa restoran cepat saji di dunia mengalami pengurangan jumlah konsumen.
Starbucks, misalnya, mengumumkan penurunan mengejutkan dalam penjualan toko yang sama untuk kuartal terakhirnya.
Saham perusahaan yang menjual kopi itu turun 17% saat diumumkan Rabu (1/5/2024) kemarin.
Senada dengan Starbucks, restoran cepat saji lainnya, Pizza Hut dan KFC juga melaporkan penyusutan penjualan di toko yang sama.
Bahkan McDonald’s (McD) mengatakan mereka telah mengadopsi “mentalitas berjuang di jalanan” untuk tetap bersaing dalam mendapatkan pengunjung.
Selama berbulan-bulan, para ekonom memang telah memperkirakan bahwa konsumen akan mengurangi pengeluaran mereka sebagai respons terhadap kenaikan harga dan suku bunga.
Namun perlu waktu beberapa saat bagi jaringan restoran cepat saji untuk menyadari bahwa penjualan mereka benar-benar menyusut.
Dalam beberapa kuartal sudah ada peringatan kepada pemodal bahwa konsumen berpendapatan rendah melemah dan konsumen lain mulai beralih dari pilihan yang lebih mahal ke yang lebih murah.
Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja di Amerika Serikat (AS), biaya makan di restoran cepat saji meningkat lebih cepat dibandingkan biaya makan di rumah.
Harga untuk restoran dengan layanan terbatas naik 5% pada Maret lalu dibandingkan periode tahun lalu, sementara harga bahan makanan meningkat lebih lambat.
CFO McDonald’s Ian Borden, dikutip Kamis (2/5/2024), mengatakan bahwa jelas semua orang berjuang untuk mendapatkan lebih sedikit konsumen atau konsumen yang tentunya lebih jarang berkunjung.