WARTABANJAR.COM, MARTAPURA — Insiden keracunan massal yang menimpa 134 siswa di Kabupaten Banjar masih menyisakan kekhawatiran publik. Namun di balik tragedi tersebut, dokter spesialis gizi RSUD Ratu Zalecha, dr. Taufik Rahmadi, menegaskan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tetap penting dan seharusnya tidak disalahkan.
“MBG adalah program yang baik dan perlu diteruskan, tapi harus dijalankan dengan disiplin, perencanaan matang, serta pengawasan ketat,” ujar dr. Taufik, Sabtu (18/10/2025).
Menurutnya, penyebab utama keracunan bukan berasal dari menu makanan, melainkan dari tahapan pengolahan, penyimpanan, hingga distribusi yang diduga tidak sesuai standar keamanan pangan.
Menu Sudah Bergizi, Tapi Prosesnya Bermasalah
dr. Taufik menjelaskan, menu yang disajikan oleh SPPG Tungkaran saat insiden terjadi sebenarnya sudah memenuhi unsur gizi seimbang, yaitu nasi kuning, ayam suwir, stik tempe, dan buah melon.
“Dari sisi gizi, itu sudah ideal. Ada karbohidrat, protein, dan vitamin,” jelasnya.
Namun, ia menekankan bahwa proses produksi dan distribusi makanan sering kali menjadi titik rawan yang memicu keracunan.
“Kalau makanan sudah dimasak lebih dari empat jam dan berada di suhu 5–60 derajat, risiko kontaminasi meningkat tajam,” tambahnya.
Guru & Orang Tua Harus Waspada
dr. Taufik memberi peringatan keras agar pihak sekolah dan orang tua lebih aktif mengawasi makanan yang diterima anak-anak.

