WARTABANJAR.COM, BARABAI- Kue cincin, salah satu camilan tradisional khas Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), terus menunjukkan eksistensinya di tengah perkembangan kuliner modern.
Di kawasan Maringgit, Ilung, Kecamatan Batang Alai Utara, deretan penjual kue cincin menjadi pemandangan khas yang ramai dikunjungi pembeli, terutama pada akhir pekan dan hari libur.
Seorang penjualnya yang telah menekuni usaha ini selama lebih dari lima tahun adalah Hildawati (45).
Ia membuka lapaknya setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WITA, dengan adonan yang dibuat sendiri di rumah.
“Kalau hari biasa biasanya dapat sekitar Rp200 ribu, tetapi kalau hari libur, bisa ramai sekali, kadang sampai Rp 2 juta lebih,” kata Hildawati saat ditemui tim Wartabanjar.com di lapaknya, Selasa (13/5/2025).
Hildawati menyebut bahwa meskipun tampilannya sederhana, kue cincin tetap diminati karena rasanya yang tidak berubah sejak dulu.
Ia tetap mempertahankan cara pengolahan tradisional agar rasa khasnya tidak hilang.
“Masih pakai cara lama. Gula merah asli, tepung beras yang bagus, dan digoreng pakai minyak baru. Kalau bahannya dijaga, insya Allah rasa juga tetap enak,” ujarnya.
Ia mengatakan pembelinya tidak hanya berasal dari sekitar Maringgit, tetapi juga ada yang datang dari luar daerah.
BACA JUGA: Diduga Geng Motor Banjarmasin Hancurkan Pos Kamling dan Rumah Warga di Kuin Selatan
“Kalau hari biasa mungkin pembeli dari daerah Hulu Sungai Tengah saja kebanyakan. Tapi kalau hari libur, banyak yang dari luar kota, naik bus, mampir beli buat oleh-oleh,” tambahnya.