Lebih jauh lagi, di berbagai penjuru dunia, banyak orang yang bekerja di malam hari karena tugas dan tanggung jawab yang tidak bisa ditinggalkan.
Dokter, misalnya, di ruang operasi, perawat yang merawat pasien, petugas keamanan yang menjaga ketertiban, serta pekerja lainnya yang bertugas demi kepentingan masyarakat.
Mereka mengorbankan waktu istirahat dan ibadah di masjid demi menjalankan tugas yang penting.
Bisakah mereka mendapatkan dan meneguk keberkahan Lailatul Qadar? Jawabannya adalah bisa.
Rahmat Allah begitu luas dan mencakup semua hamba-Nya yang beramal dengan niat yang tulus. Rasulullah bersabda,
Menurut Imam al-Ghazali “Barang siapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan dasar iman dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menghidupkan malam Lailatul Qadar tidak terbatas pada shalat dan dzikir di masjid, tetapi juga bisa dengan amal kebaikan lainnya yang dilakukan karena Allah.
Misalnya, seorang dokter yang dengan penuh keikhlasan merawat pasiennya.
Pun ketika seorang petugas keamanan yang berjaga agar orang lain bisa beribadah dengan tenang.
Demikian juga, seorang perawat yang tetap siaga di ruang ICU, semua itu adalah bentuk ibadah jika dilakukan dengan niat yang benar.
Dalam Islam, menolong sesama merupakan perbuatan mulia yang sangat dianjurkan.
Tidak hanya bernilai ibadah, tetapi juga jadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2, yang artinya “Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.”