Sejarah mencatat bahwa Rasulullah SAW mendirikan tenda di masjid untuk beritikaf , dan beberapa istrinya juga turut serta dalam ibadah ini. Hal ini menunjukkan bahwa masjid adalah tempat yang ditetapkan untuk itikaf , berbeda dengan ibadah lain yang bisa dilakukan di rumah.
“Kita dapat mengambil pelajaran dari Rasulullah SAW dan para sahabat bahwa itikaf bukan sekadar diam di masjid, tetapi juga untuk memperbanyak ibadah, seperti membaca Alquran, berdzikir, dan shalat malam,” tambah Buya Risman.
Buya Risman menjelaskan bahwa dalam praktiknya, banyak umat Islam berusaha menghidupkan kembali sunnah ini dengan beritikaf di masjid pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Hal ini bertujuan untuk meraih malam Lailatul Qadar, yang lebih baik dari seribu bulan. (Erna Djedi/rls)