WARTABANJAR.COM, WASHINGTON – Marco Rubio, yang pernah menjadi lawan Donald Trump pada tahun 2016 dan berubah menjadi pendukung setia, ditunjuk menjadi menteri luar negeri Amerika Serikat di pemerintahan yang baru.
Pada tahun 2022, ketika senator Marco Rubio baru saja selesai berdebat dengan lawannya dari Partai Demokrat Val Demings dalam pemilihan paruh waktu, mantan presiden Donald Trump meneleponnya.
Baca juga:Jurus Elon Musk Manjur, Donald Trump di Ambang Kemenangan dan Memujinya Selangit
Menurut sumber yang dekat dengan masalah ini, Donald Trump memuji debat Marco Rubio, dengan mengatakan bahwa senator Partai Republik itu melakukan pekerjaannya dengan baik.
Ia kemudian menawarkan untuk melakukan apa pun yang dia bisa di hari-hari terakhir kampanye untuk memastikan Marco Rubio mempertahankan kursi senatornya.
Beberapa minggu kemudian, Donald Trump muncul pada rapat umum kampanye di Miami. “Anda memerlukan Marco Rubio untuk memperjuangkan Anda di Senat. Dia hebat,” puji Donald Trump.
Pada tahun itu, Marco Rubio terpilih kembali sebagai senator untuk masa jabatan ketiga. Dan kini, senator Florida tersebut menjadi nama yang dipilih untuk posisi menteri luar negeri, salah satu posisi teratas dalam pemerintahan baru presiden terpilih Donald Trump.
Jika pencalonan ini disetujui oleh Senat awal tahun depan, politisi kelahiran Florida itu akan menjadi orang Latin pertama yang mengambil peran sebagai Menteri Luar Negeri AS.
Marco Rubio pernah menjadi lawan Donald Trump saat akan mencalonkan diri sebagai presiden AS padda April 2015. Ia dikalahkan Donald Trump dalam pemungutan suara di Partai Republik cabang Florida.
Baca juga:Donald Trump Menangi Pilpres: Unggul di Tiga Medan Pertempuran
Setelah kekalahan ini, Marco Rubio berniat keluar dari politik dan mencari pekerjaan di sektor swasta. Namun, tidak satu pun kandidat dari Partai Republik yang cukup mengesankan para donor dan pemimpin partai.
Marco Rubio akhirnya kembali ke dunia politik setelah terjadi penembakan massal pada sebuah kelab malam di Orlando, Florida, pada Juni 2016.
“Anda harus berada di tempat di mana Anda dapat membantu negara sebanyak mungkin,” tegas Marco Rubio setelah 12 hari insiden penembakan.
Ia mencalonkan diri kembali menjadi anggota Senat dan kemudian menang.
Meskipun Donald Trump mendapat kritik keras selama putaran pemungutan suara pendahuluan, Marco Rubio mendukung kandidat Partai Republik sebelum pemilu November 2016. Hubungan keduanya semakin mencair dan semakin berkembang.
Marco Rubio telah mengungkapkan tekadnya mendukung Donald Trump selama empat tahun ke depan. Sementara presiden terpilih AS ini juga mengandalkan pengalaman senator tersebut dalam isu-isu Amerika Latin untuk menyelesaikan kebijakan terkait Venezuela, Kuba, dan Kolombia.
“Dia telah berubah 180 derajat, dari seorang Republikan berhaluan tengah-kanan dalam beberapa isu seperti imigrasi menjadi pendukung Trump. Dia bukan satu-satunya yang berubah ke arah ini,” kata Cardenas.
Gram Slattery, seorang analis Reuters mengatakan pencalonan Marco Rubio oleh Donald Trump adalah pilihan strategis.
Baca juga:Donald Trump Jr Posting Foto Kemenangan Ayahnya Secara Kontroversial
Donald Trump mengalahkan Kamala Harris sebagian berkat dukungan dari sejumlah besar pemilih Latin, yang memilih Demokrat pada pilpres sebelumnya.
Dengan mengangkat Marco Rubio ke posisi menteri luar negeri, Donald Trump dapat memperkuat basis dukungan kelompok pemilih ini dan menunjukkan bahwa wakil mereka memiliki posisi tinggi di pemerintahan.(pwk)
Editor: purwoko