“Semua aspek dari peristiwa ini diperkuat oleh perubahan iklim pada tingkat yang berbeda-beda,” kata Dr Ben Clarke, salah satu penulis studi dan peneliti di Imperial College London, pada saat konferensi pers.
“Dan kita akan melihat lebih banyak hal serupa ketika dunia terus memanas,” lanjutnya.
Diketahui, badai Helene mendarat di barat laut Florida pada 26 September sebagai badai Kategori 4 dengan kecepatan angin mencapai 225 kilometer per jam.
Badai kemudian bergerak ke utara, menyebabkan hujan lebat dan banjir dahsyat di beberapa negara bagian, termasuk North Carolina, yang menyebabkan jumlah korban jiwa tertinggi.
Para penulis studi tersebut menekankan bahwa risiko yang ditimbulkan oleh badai telah meningkat melampaui wilayah pesisir.
Kepala ahli meteorologi Bernadette Woods Placky di LSM Climate Central mengatakan Helene “memiliki intensitas yang sangat besar” sehingga perlu waktu untuk kehilangan kekuatannya, namun “badai bergerak cepat… sehingga bisa bergerak lebih jauh ke daratan dengan cukup cepat.”
Penelitian ini menggunakan tiga metodologi untuk mengkaji tiga aspek badai, dan dilakukan oleh peneliti dari Amerika Serikat, Inggris, Swedia, dan Belanda.(pwk)
Editor: purwoko