Kini, setelah menyaksikan sendiri fakta-fakta terkait revisi RUU Pilkada tersebut, Hanung Bramantyo mengaku resah dan tak mendukung lagi Jokowi.
BACA JUGA: Serangan Udara Israel Sasar Sebuah Pasar di Gaza, Sedikitnya 9 Warga Tewas
Walau dia dulu mendukungnya, namun jika yang didukung melakukan kesalahan maka wajib dikritik.
“Saya diajarkan bapak cara mendukung Capres dengan sederhana : MENGAPRESIASI DAN MENGKRITIK. Saya akan apresiasi setingginya jika melakukan kerja nyata dan saya akan mengkritik se-julid-nya jika mbalelo,” paparnya lagi.
Jika pada periode pertama pencalonan Jokowi di 2014 Hanung mendukungnya, di periode kedua pada 2019 lalu ia mulai meragukannya, terlebih lagi saat putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sukses melenggang menjadi RI 2 untuk periode 2024-2029 yang juga terang-terangan menyalahi aturan yang berlaku.
“Hari ini, saya sudah gak bisa diam melihat ke-ABSURD-an negeri ini. Sebetulnya sudah sejak periode kedua dimulai. Rasanya pengen teriak, tapi saya tahan. Namun sejak skandal MK yang memuluskan sang pangeran melenggang ke RI 2, saya sudah ga tahan. Dan kemaren, saya benar2 tersayat. Kok bisa hukum diudel-udel seperti rujak. Sedih. Marah. Kecewa, YESS. Tapi saya tidak MENYESAL. Karena saya sadar yang saya pilih bukan Nabi. Sejarah sudah membuktikan, saat manusia berada diatas maka dia sudah merasa memilik segalanya. Apalagi Indonesia ini negara KUAYA POLL. Mungkin saya pun begitu hahaha…,” katanya lagi.
“So, jika ada yang bilang ke saya :’Kok julid? Udah sadar? Kenapa gak dari dulu? Rasain noh pilihan lo. Nyesel kan?’ Saya cuma mau bilang : ‘Jem, inilah demokrasi. Suara kita adalah Kritik kita, gak cuma dukungan membabi-buta. Saat Kritik dibungkam, saatnya kita bergerak. Dan saat Demokrasi di rusak, gak ada cara lagi KITA HARUS MELAWAN.’” pungkasnya.
Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com