Baca juga: Pentingnya Literasi Digital, Kadis Kominfo Bekali Paskibraka Batola
Setiap tahunnya, mereka menyusun rencana kebutuhan obat seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia. Kemudian menghitung biaya bagi industri farmasi untuk memproduksi obat-obat tersebut.
Indonesia, ujarnya, berhasil membuat kurang lebih 62 bahan baku obat dan vaksin, sebuah pencapaian yang dinilai dapat mengurangi impor bahan baku.
“Memang tidak bisa menurunkan yang 95 persen, tapi sedikit-sedikit kita akan turun menjadi 75 persen dalam tahap importasi bahan baku obat,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa penyediaan obat merupakan bagian dari transformasi kesehatan. Mengenai obat, ujarnya, terdapat tiga hal yang perlu dipastikan oleh Pemerintah, seperti ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauannya.
Baca juga: Densus 88 Antiteror Gandeng Ta’mir Masjid dan Mushalla, Ini Sasarannya
Terkait keterjangkauan obat, pihaknya memiliki etalase konsolidasi, dimana tenaga kesehatan di fasyankes dapat membeli obat tanpa menawar harga lagi. Hal itu karena harganya sudah sama, bahkan lebih rendah dengan klaim harga obat BPJS.
Dia menjelaskan, di dalam Fornas terdapat 33 kelas terapi dan pengobatan untuk kanker dengan simbol Ca di belakang nama obat. (Sidik Purwoko)
Editor: Sidik Purwoko