Persenjataan pertahanan Iran sendiri mencakup sistem rudal permukaan-ke-udara, seperti S-300 Rusia, untuk melawan pesawat terbang dan rudal jelajah serta sistem rudal anti-balistik Arman buatan lokal.
Hal ini belum teruji dalam pertempuran seperti pertahanan Israel – sebuah bukti preferensi Iran terhadap peperangan asimetris, di mana Iran dapat memproyeksikan kekuatan yang sangat besar, dibandingkan pertempuran satu lawan satu.
Iran secara tidak sengaja menembak jatuh sebuah pesawat penumpang Ukraina pada tahun 2020 di tengah meningkatnya ketegangan dengan AS yang menggunakan rudal pertahanan udara Tor buatan Rusia.
Baik Israel dan Iran memiliki kemampuan perang siber. Lebih dari satu dekade yang lalu, malware yang dikenal sebagai Stuxnet menyusupi operasi di fasilitas pengayaan nuklir Iran yang diduga merupakan operasi AS dan Israel.
Baca juga:Profil Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Tewas Terbunuh di Iran
Iran mampu melakukan “berbagai operasi siber, mulai dari operasi informasi hingga serangan destruktif terhadap jaringan pemerintah dan komersial di seluruh dunia”, menurut penilaian Badan Intelijen Pertahanan AS yang dirilis pada 11 April dikutip dari Straitstimes.
Serangan dunia maya yang diluncurkan oleh Iran termasuk peretasan yang berupaya melumpuhkan komputer dan aliran air untuk dua distrik Israel, menurut Dewan Hubungan Luar Negeri.
Akankah Israel menargetkan situs nuklir Iran?
Serangan udara Israel terhadap program nuklir Iran akan menjadi salah satu respons paling ekstrem terhadap serangan baru Iran. Sebelumnya, Israel telah menyimpan ancaman tersebut ketika Iran hampir mencapai kemampuan senjata nuklirnya.