WARTABANJAR.COM, JAKARTA – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membenarkan jika banyak anak-anak yang harus menjalani hemodialisis alias cuci darah. Bahkan, masalah ini sudah heboh di media sosial jika salah satu rumah sakit di Jakarta kebanjiran pasien anak-anak yang ingin melakukan hemodialisis, prosedur yang dilakukan sebagai upaya pengobatan pasien gagal ginjal kronis.
Dalam survei IDAI ditemukan kondisi hematuria dan proteinuria pada urine anak-anak, yakni adanya darah dan protein dalam air kencing mereka.
“Ini salah satu indikator awal kerusakan ginjal. Ini menunjukkan gaya hidup anak-anak kita usia 12-18 tahun ini sangat memprihatinkan,” ujar Ketua Umum IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA (K), Selasa (23/07/2024).
“Pola makannya, pola geraknya, pola tidurnya sering begadang, dan malas gerak olahraga,” lanjutnya seperti dikutip Wartabanjar.com.
Baca juga: PHK Industri Tekstil Kian Mencemaskan, DPR: Mereka Butuh Solusi!
Dikutip dari laman IDAI, penyakit ginjal kronis merupakan pemicu anak harus menjalani cuci darah atau hemodialisis. Seorang anak dikatakan mengalami penyakit ginjal kronis jika didapatkan salah satu kriteria yaitu kerusakan ginjal berlangsung selama tiga bulan atau lebih.
Berita bocil-bocil ini kian marak viral disebarkan nitizen karena banyaknya bocil pasien di RSCM cuci darah sesuai hasil survei IDAI terhadap seorang anak kecil dari lima anak berpotensi gagal ginjal.
Keluhan pertama anak dengan PGK (penyakit ginjal kronis) saat dibawa ke dokter sangat beragam, mungkin berkaitan dengan penyakit ginjal yang mendasarinya ataupun sebagai akibat gangguan fungsi ginjal yang sudah menurun. Pada saat awal penyakit tidak menunjukkan adanya gejala, kemudian berkembang secara tersembunyi.