“Hanya sebatas administratif saja. Tapi guru tidak ada perubahan dari cara mengajar, konten juga tidak banyak yang berubah, hanya urusan administrasi saja,” ungkap Indra.
Tidak heran kata Indra, kalau pergantian Kurikulum yang memang menghabiskan anggaran uang rakyat triliunan jumlahnya, tidak kunjung membuahkan hasil yang sesuai dengan amanat konstitusi.
Baca juga: Kabaharkam Polri Tinjau Kesiapan Personil Pengamanan WWF ke-10 di Bali
Menariknya, para pejabat di Kemendikbudristek mengatakan bahwa pergantian Kurikulum ini ditujukan untuk memperbaiki skor PISA.
Padahal rekomendasi dari OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) sendiri, lembaga penyelenggara PISA tidak satupun menyebut perlunya ganti kurikulum.
Dalam rekomendasi OECD 2018 jelas dikatakan adalah yang harus dibenahi adalah kualitas kapasitas guru-guru Indonesia dengan memastikan adanya program mentoring.
Baca juga: Disebut Pemain Tersibuk Selama Laga Kontra Korsel, ini Kata Kiper Gadizha Asnanza
Kemudian juga memastikan program dari pra service training artinya pra jabatan dari seorang guru di kampusnya di FKIP di LPTK itu punya program yang mumpuni juga ada upaya untuk menarik anak-anak cerdas.
Anak-anak berprestasi mau berkarir berprofesi sebagai sebagai guru bahkan secara eksplisit dikatakan bahwa pada tahu 2018 Indonesia baru saja mengubah kurikukum.
“Pastikan semua guru mendapapatkan pelatihan yang mumpuni dan menjadikan mereka sebagai agen dari perubahan kurikulum tersebut,” bebernya.
Baca juga: Polairud Polres Tanah Bumbu Ringkus Pengedar Narkoba di Pesisir Muara Satui