Berbicara pada Selasa (13/2/2024) di sebuah resepsi, Parolin mengutuk serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober dan segala bentuk antisemitisme. Namun dia mempertanyakan klaim Israel yang bertindak membela diri dengan melakukan pembantaian di Gaza.
Baca juga: Kapolresta Banjarmasin Cek Gudang Penyimpanan Surat Suara Hasil Pencoblosan di Banjarmasin Utara
“Hak Israel untuk membela diri telah digunakan untuk membenarkan bahwa operasi ini proporsional, tetapi dengan 30.000 orang tewas, hal ini tidak terjadi,” katanya.
Israel sebelumnya telah keberatan dengan posisi Vatikan mengenai perang tersebut, termasuk ketika Paus Fransiskus berbicara tentang terorisme tanpa merujuk pada Hamas. Paus Fransiskus baru-baru ini menulis surat kepada orang-orang Yahudi, dan menegaskan kembali hubungan khusus antara umat Kristen dan Yahudi.
Dalam pernyataannya yang mengeluhkan Parolin, Kedubes Israel menuduh Hamas mengubah Jalur Gaza menjadi pangkalan teroris terbesar yang pernah ada. Dikatakan bahwa angkatan bersenjata Israel bertindak sesuai dengan hukum internasional dan mengatakan bahwa proporsi warga sipil Palestina dibandingkan teroris yang terbunuh lebih sedikit dibandingkan konflik lain di Suriah, Irak dan Afghanistan.
Dalam pernyataan berbahasa Italia yang awalnya dikirim melalui email kepada jurnalis Kedubes Israel menggunakan istilah “deplorevole” atau kata yang menyedihkan untuk menggambarkan komentar Parolin.
Dalam editorial halaman depan surat kabar Vatikan L’Osservatore Romano pada Kamis (15/2/2024). yang berjudul “Hentikan Pembantaian,” direktur editorial Andrea Tornielli menegaskan posisi Vatikan. Tornielli mengutip seorang penyintas Holocaust yang tinggal di Roma, Edith Bruck, yang sangat kritis terhadap tanggapan pemerintah Israel, yang ia persalahkan atas meningkatnya tindakan antisemit terhadap orang Yahudi di seluruh dunia.