WARTABANJAR.COM, JAKARTA- Indonesia batal mengimpor beras dari Kamboja karena harganya terlalu mahal.
Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog), Budi Waseso alias Buwas mengatakan hal itu.
Seperti diketahui, Bulog memiliki batasan harga dari pemerintah untuk menyerap beras baik dalam negeri maupun luar negeri.
Menurutnya, Kamboja bisa mengekspor berasnya 120 ribu ton ke Indonesia, namun harganya mahal sehingga Indonesia tidak bisa memenuhi itu.
Per Agustus 2023 ini, realisasi impor beras yang ditugaskan kepada Perum Bulog sudah mencapai 1,6 juta ton dari target 2 juta ton, sedangkan sisanya 400 ribu ton masih dalam proses pencarian.
Guna memenuhi sisa 400 ribu ton tersebut, Bulog semula bakal membeli dari Kamboja sebanyak 125 ribu ton.
Buwas mengklaim saat ini kontrak antara Indonesia dan Kamboja pun belum diambil.
“Yes (belum kontrak). Kan kita enggak boleh kalau ambil harga mahal. Sampai sini jadi mahal,” jelasnya.
Meski begitu, ia memastikan sisa kuota impor sebanyak 400 ribu ton bisa selesai pada November ini namun ia enggan mengatakan bakal mengekspor dari negara mana.
Sementara itu Kamboja, dilansir dari berbagai sumber, mengekspor 362.708 ton beras giling ke lebih dari 50 negara dan wilayah dalam tujuh bulan pertama tahun 2023 ini.
Berdasarkan laporan Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Kamboja impor ini menghasilkan pendapatan kotor sebesar US$313,7 juta. (berbagai sumber)
Editor: Yayu