Dikatakan serangan itu dimaksudkan untuk menindak militan Palestina dan mengatakan itu diperlukan karena Otoritas Palestina terlalu lemah.
Orang-orang Palestina mengatakan kekerasan seperti itu adalah hasil yang tak terhindarkan dari 56 tahun pendudukan dan tidak adanya proses politik dengan Israel.
Mereka juga menunjuk pada peningkatan pembangunan permukiman di Tepi Barat dan kekerasan yang dilakukan oleh pemukim ekstremis.
Baca juga:
Tembus Hingga Rp13,8 T, OJK Sebut Warga Jawa Barat Terbanyak Utang ke Pinjol
Israel menyerang kamp tersebut, yang dikenal sebagai benteng lama militan Palestina, Senin pagi dalam operasi yang katanya ditujukan untuk menghancurkan dan menyita senjata.
Buldoser militer besar merobek gang-gang, menyebabkan kerusakan parah pada jalan dan bangunan, dan ribuan penduduk melarikan diri dari kamp untuk mencari keselamatan dengan kerabat atau di tempat penampungan.
Tentara mengatakan buldoser diperlukan karena jalan-jalan penuh dengan bahan peledak.
Militer mengatakan telah menyita ribuan senjata, bahan pembuat bom, dan simpanan uang. Senjata ditemukan di tempat persembunyian militan dan daerah sipil, dalam satu kasus di bawah masjid, kata militer.
Penarikan itu terjadi beberapa jam setelah seorang militan Hamas menabrakkan mobilnya ke halte bus Tel Aviv yang penuh sesak dan mulai menikam orang, melukai delapan orang, termasuk seorang wanita hamil yang dilaporkan kehilangan bayinya.
Penyerang dibunuh oleh seorang pengamat bersenjata. Hamas mengatakan serangan itu adalah balas dendam atas serangan Israel.