Artinya, “Ya Allah, hanya kepada-Mu aku minta tolong, hanya kepada-Mu aku berpasrah. Tuhanku, tundukkanlah bagiku segalam kesulitan urusanku, mudahkan untukku hambatan perjalananku, anugerahkanlah aku sebagian dari kebaikan melebihi apa yang kuminta, palingkan diriku dari segala kejahatan. Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkan urusanku. Ya Allah, aku meminta penjagaan dan menitipkan diriku, agamaku, keluargaku, kerabatku, dan semua yang telah Kauberikan kepadaku baik kebaikan ukhrawi maupun duniawi. Lindungilah kami dari segala kejahatan, wahai Tuhan yang maha pemurah,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 186)
Setelah itu, ia boleh berdoa apa saja. Ia disarankan membuka dan menutup doanya dengan tahmid (alhamdulillâh) dan shalawat untuk Rasulullah SAW.
Sebelum bangkit dari duduk, dianjurkan untuk membaca doa berikut ini: Allâhumma ilaika tawajjahtu, wa bika‘ tashamtu. Allâhummakfinî mâ hammanî wa mâ lâ ahtammu lahû. Allâhumma zawwidnit taqwâ, waghfir lî dzanbî, wa wajjihnî lil khairi ainamâ tawajjahtu.
Artinya, “Ya Allah, hanya kepada-Mu aku menghadap dan hanya kepada-Mu aku berlindung. Tuhanku, cukupilah aku dari segala yang membuatku bimbang dan segala yang tidak kubimbangkan. Tuhanku, bekalilah diriku dengan takwa, ampunilah dosaku, dan hadapkan diriku pada kebaikan di mana saja aku menghadap.”
Saran lengkap Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar dikutip sebagai berikut: “Seseorang boleh membuka dan menutup doanya dengan tahmid dan shalawat untuk Rasulullah SAW. Ketika hendak bangkit dari duduk, hendaklah ia membaca doa yang diriwayatkan kepada kami dari sahabat Anas RA bahwa Rasulullah SAW belum pernah melangsungkan perjalanan kecuali membaca lafal berikut ini ketika bangun dari duduk, ‘Allâhumma ilaika tawajjahtu, wa bika‘ tashamtu. Allâhummakfinî mâ hammanî wa mâ lâ ahtammu lahû. Allâhumma zawwidnit taqwâ, waghfir lî dzanbî, wa wajjihnî lil khairi ainamâ tawajjahtu,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 186)