Cuaca Masih Ekstrem, Kasus DBD Masih Menghantui Warga Banjarmasin & Banjarbaru

    WARTABANJAR.COM, BANJARMASINCurah hujan yang sangat tinggi di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) sepanjang tahun 2023 ini, membuat kasus demam berdarah dengue (DBD) semakin mengkhawatirkan.

    Hingga bulan Februari ini tercatat sebanyak 38 kasus DBD di Banjarmasin, bahkan Kota Banjarbaru statusnya meningkat jadi endemi.

    Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin M Ramadhan mengatakan, curah hujan memang sedang tinggi terjadi di wilayah Kalsel dan sekitarnya. Ini yang akhirnya memunculkan genangan yang berpotensi menjadi sarang nyamuk jenis aedes agypti.

    Sementara itu untuk mematikan jentik-jentik nyamuk DBD, petugas kesehatan dari Puskesmas Banjar Raya di Kelurahan Tanjung Pagar, Banjarmasin Selatan, melaksanakan fogging, Selasa (7/3/2023) siang kemarin.

    BACA JUGA: 32 Kasus DBD Ditangani RSUS Ansari Saleh Banjarmasin

    Hal ini dilakukan sebagai tindaklanjut dari laporan adanya pasien demam berdarah di wilayah tersebut.

    Kepala Puskesmas Banjar Raya, dr. Soraya, menyampaikan, di awal Maret lalu ada pasutri yang melaporkan diri bahwa mereka terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) .

    “Keduanya masuk RS di akhir Februari, dan baru Jumat 3 Maret tadi sembuh lalu melaporkan ke kami. Istrinya dulu yang terkena, baru suaminya,” terang Soraya.

    Selain melaporkan sendiri, pelaporan terkait pasien DBD ini juga bisa dilakukan oleh ketua RT atau lurah.

    Adapun penyemprotan fogging, lanjut Soraya dilakukan setelah dilakukan survey oleh tim penyelidikan epidemiologi.

    “Setelah tim melakukan pengecekan ke lapangan, ditemukan ada jentik indikasi penyebab DBD di lingkungan tempat tinggal pasien ini, lalu dilakukan tindakan pemberantasan sarang nyamuk,” lanjut dia.

    Pemberantasan sarang nyamuk ini, tidak melulu melalui fogging.

    Ditambahkan Soraya, untuk tindakan fogging justru tidak terlalu diutamakan namun tetap perlu dilakukan.

    “Yang penting itu menguras kamar mandi, menyikat dinding kamar mandi, jentik itu berpotensi menempel di sana. Nah tim kami turut pula dibantu Satgas kebersihan kelurahan untuk melakukan pembersihan ini,” ungkapnya.

    Yang paling ditekankan, kata kepala Puskesmas, adalah menjaga pola hidup sehat dan menjaga kebersihan serta menerapkan 3 M, menguras menutup bak mandi, mengubur wadah yang berpotensi digenangi air.

    Karena sifat nyamuk Aedes Aegepty senang menempati air bersih utamanya air hujan yang tertampung di tempat bekas.

    Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Banjarmasin, M Ramadhan mengatakan, selama Januari hingga Maret ini sudah ada 41 kasus DBD.

    “Selama 2023 ini dari bulan Januari ada 23 kasus, Februari ada 15 kasus, serta Maret 3 kasus,” terang Ramadhan.

    Persebaran kasus DBD ini pun terjadi di 5 Kecamatan di kota Banjarmasin.

    “Dari laporan kasus yang kami terima hasil PE-nya positif jentik dan sudah dilakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan di- fogging,” lanjut Kepala Dinas Kesehatan.

    Salah satu faktor masih terjadinya kasus DBD di kota Banjarmasin tidak lain adalah tingkat curah hujan yang masih tinggi.

    Dengan cuaca seperti itu, membuat nyamuk berkembang biak dengan cepat serta lokasi mereka bersarang juga terbilang masih banyak.

    Di samping itu, faktor lain yang mempengaruhi DBD di Banjarmasin adalah tingkat kepadatan penduduk yang membuat nyamuk dengan cepat berpindah-pindah.

    Adapun kasus di DBD di 2022 silam, Dinas Kesehatan Banjarmasin menerima laporan sebanyak 64 kasus.

    BACA JUGA: Penyakit DBD Mulai Meresahkan, Warga Banjarmasin Minta Fogging, Ini Tips Pencegahannya

    Banjarbaru Endemi DBD

    Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Banjarbaru makin meningkat bahkan berstatus endemi.

    Status ini sendiri membuat Kota Banjarbaru nyaris langganan terserang penyakit ini. Yang perlu dikhawatirkan adalah meningkatnya status endemi menjadi KLB (Kejadian Luar Biasa).

    Sejauh ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarbaru menyebut bahwa status DBD di Banjarbaru belum KLB. Akan tetapi, KLB tetap harus jadi atensi agar tak terjadi ke depannya.

    Menurut Epidemiolog Dinkes Banjarbaru, Edi Sampana, sejauh ini angka kasus suspek (terduga) tertular DBD memang banyak. Angkanya katanya bergerak dinamis.

    “Kalau umumnya ada ratusan yang suspek. Itu tersebar di seluruh wilayah atau Kecamatan di Banjarbaru,” katanya.

    Untuk kasus yang terkonfirmasi positif. Pihaknya kata Edi harus menunggu hasil pemeriksaan dari suspek yang terdata. “Ada beberapa positif, tapi detailnya nanti kita informasikan.”

    Memang, karakter DBD di Kota Banjarbaru selalu jadi langganan setiap tahunnya. Sehingga DBD di Kota Banjarbaru telah dinyatakan endemi.

    “Yang terpenting adalah kita harus mencegah endemi itu naik statusnya jadi epidemi atau KLB. Karena status ini artinya sangat parah,” ujarnya.

    Jika mengacu pada siklus, DBD kata Edi rawan menular ketika memasuki musim hujan. Misalnya, tahun ini katanya suspek itu mulai terdeteksi sejak akhir tahun 2022 tadi.

    “Jadi jika sudah masuk musim penghujan itu kasusnya akan naik, karena kan banyak genangan dan jika selama sepuluh hari genangan itu tak dibersihkan maka nyamuknya sudah bisa terbang, nah ini kaitannya dengan musim hujan,” jelasnya.(wartabanjar.com/berbagai sumber)

    Editor : DTM

    Baca Juga :   Bejat !! Ayah Kandung Tega Cabuli Anak Sendiri Lalu Menjualnya ke Teman

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI