Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya tersebut menganalogikan hal tersebut dengan orang yang menyatakan cinta kepada seseorang, tetapi karena dikecewakan orang lain.
Itu cintanya hanya cari sasaran saja untuk menutup kekecewaan. Artinya tidak sempurna.
“Makanya sudahlah kita serahkan, kita pegangan kepada Allah, bukan kepada amal. Amal kita tetap kita amalkan. Sholat kita wajib, puasa tetap wajib. Tetapi jangan jadi andalan. Sholat kita nggak jaminan, kita nggak tahu diterima apa nggak, berapa nilainya nggak tahu,” pungkasnya. (edj/nu)
Editor: Erna Djedi