WARTABANJAR.COM, JAKARTA- Hacker Bjorka kembali berulah.
Sebelumnya dia pernah sesumbar di Twitter bakal menjual data para pengguna aplikasi PeduliLindungi.
Hal ini rupanya benar-benar dilakukannya.
Pakar keamanan siber Pratama Dahlian Persadha mengatakan, pemerintah harus melakukan audit menyeluruh dan proses forensik digital terkait dugaan peretasan 3,2 miliar data pengguna PeduliLindungi oleh peretas Bjorka.
“Jalan terbaik harus dilakukan audit dan investigasi digital forensic untuk memastikan kebocoran data ini dari mana,” kata Pratama.
Pratama mengatakan, langkah itu harus ditempuh guna mencari dari mana sumber kebocoran data PeduliLindungi hingga bisa diambil oleh peretas Bjorka.
“Perlu dicek dahulu sistem informasi dari aplikasi PeduliLindungi yang datanya dibocorkan oleh Bjorka dengan pengecekan yang menyeluruh dan digital forensic,” ujarnya lagi.
Menurutnya, jika ditemukan celah keamanan pada sistem PeduliLindungi, maka berarti kemungkinan besar memang terjadi peretasan dan pencurian data.
“Namun, bila benar-benar tidak ditemukan celah keamanan dan jejak digital peretasan, ada kemungkinan kebocoran data ini terjadi karena insider atau ulah orang dalam,” ucap Pratama yang merupakan chairman lembaga riset siber Communication & Information System Security Research Center (CISSReC).
Dia membeberkan penyebab utama kebocoran data, yaitu peretasan, karena kesalahan manusia atau dibocorkan oleh orang dalam, dan terakhir karena adanya kesalahan dalam sistem informasi tersebut.
“Jadi setiap kebocoran data tidak selalu disebabkan oleh serangan siber oleh para peretas. Namun bila serangan oleh para peretas, itupun tidak langsung bisa diidentifikasi para penyerangnya. Ini juga terkait sejauh mana kemampuan dari si peretas,” ujar Pratama.