“Porsi kredit ke UMKM nilainya masih terlalu kecil jika dibandingkan dengan porsi kredit yang diberikan kepada sektor koporasi, terutama debitur inti,” tegasnya ketika tampil di conference yang mengangkat tema “Peran Bank Kalsel dalam Transformasi Digital UMKM untuk mendukung Stabilitas Ekonomi Kalimantan Selatan”.
Sementara itu, dari perhitungan rasio yang ada, masih terdapat peluang dana untuk kepentingan UMKM tersebut, tambahnya.
Kedepan, Rudy mengharapkan agar Bank Kalsel harus meningkatkan GRC dan kinerjanya dan memberikan kontribusi yang maksimal kepada pembangunan daerah di wilayah Kalimantan Selatan.
Dengan demikian, Bank Kalsel benar-benar terasa hadir dan bermanfaat bagi masyarakat Kalimantan Selatan.
Terpisah, Direktur Utama Bank Kalsel, Hanawijaya ketika dikonfirmasi mengatakan, apa yang sudah disampaikan oleh Kepala Perwakilan BPKP Kalsel dianggapnya salah satu temuan yang baik bagi Bank Kalsel.
“Semakin banyak Bank Kalsel memberikan layanan kepada UMKM maka 25 debitur intinya akan turun. Aset Bank Kalsel masih 18 triliun,” katanya.
Dijelaskannya, Bank Kalsel butuh pertumbuhan dan pertumbuhan tercepat di korporasi-korporasi. Meski demikian, masuk ke korporasi tidak lantas serampangan, seperti korporasi tiruan.
“Satu nasabah bisa dikasih Rp 300 miliar, itu yang mempercepat analisis debitur inti Bank Kalsel jadi lebih besar. Tahun ini, pertumbuhan years on years UMKM diangka 60 persen dan kalau tahun depan membikin 60 persen lagi, maka dirinya optimistis 2023 debitur inti akan turun dan kembali ke angka normal 25 persen,” jelasnya.